CANDI SEWU - JAWA TENGAH

CANDI SEWU - JAWA TENGAH

Candi Sewu terletak di Dukuh Bener, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah. Dari kota Yogyakarta jaraknya sekitar 17 km ke arah Solo. Candi Sewu merupakan gugus candi yang letaknya berdekatan dengan Candi Prambanan, yaitu kurang lebih 800 meter di sebelah selatan arca Rara Jongrang.



Candi ini diperkirakan dibangun pada abad ke-8, atas perintah penguasa Kerajaan Mataram pada masa itu, yaitu Rakai Panangkaran (746-784 M) dan Rakai Pikatan yang beragama Hindu. Walaupun rajanya beragama Hindu, Kerajaan Mataram pada masa mendapat pengaruh kuat dari Wangsa Syailendra yang beragama Buddha. Para ahli menduga bahwa Candi Sewu merupakan pusat kegiatan keagamaan masyarakat beragama Buddha. Dugaan tersebut didasarkan pada isi prasasti batu andesit yang ditemukan di salah satu candi perwara. Prasasti yang ditulis dalam bahasa Melayu Kuno dan berangka tahun 792 Saka tersebut dikenal dengan nama Prasasti Manjusrigrta. Dalam prasasti tersebut diceritakan tentang kegiatan penyempurnaan prasada yang bernama Wajrasana Manjusrigrha pada tahun 714 Saka (792 Masehi). Nama Manjusri juga disebut dalam Prasasti Kelurak tahun 782 Masehi yang ditemukan di dekat Candi Lumbung.

Candi Sewu terletak berdampingan dengan Candi Prambanan, sehingga saat ini Candi Sewu termasuk dalam kawasan wisata Candi Prambanan. Di lingkungan kawasan wisata tersebut juga terdapat Candi Lumbung dan Candi Bubrah. Tidak jauh dari kawasan tersebut terdapat juga beberapa candi lain, yaitu: Candi Gana, sekitar 300 m di sebelah timur, Candi Kulon sekitar 300 m di sebelah barat, dan Candi Lor sekitar 200 m di sebelah utara. Letak candi Sewu, candi Buddha terbesar setelah candi Borobudur, dengan candi Prambanan, yang merupakan candi Hindu, menunjukan bahwa pada masa itu masyarakat beragama Hindu dan masyarakat beragama Buddha hidup berdampingan secara harmonis.

Nama Sewu, yang dalam bahasa Jawa berarti seribu, menunjukkan bahwa candi yang tergabung dalam gugusan Candi Sewu tersebut jumlahnya cukup besar, walaupun sesungguhnya tidak mencapai 1000 buah. Tepatnya, gugusan Candi Sewu terdiri atas 249 buah candi, terdiri atas 1 candi utama, 8 candi pengapit atau candi antara, dan 240 candi perwara. Candi utama terletak di tengah, di ke empat sisinya dikelilingi oleh candi pengapit dan candi perwara dalam susunan yang simetris.

Candi Sewu mempunyai 4 pintu gerbang menuju pelataran luar, yaitu di sisi timur, utara, barat, dan selatan, yang masing-masing dijaga oleh sepasang arca Dwarapala yang saling berhadapan. Dari pelataran luar ke pelataran dalam juga terdapat 4 pintu masuk yang dijaga oleh sepasang arca Dwarapala, serupa dengan yang terdapat di gerbang luar.

Arca Dwarapala yang terbuat dari batu utuh tersebut ditempatkan di atas lapik persegi setinggi sekitar 1,2 m dalam posisi satu kaki berlutut, kaki lainnya ditekuk, dan satu tangan memegang gada. Tinggi arca Dwarapala ini mencapai sekitar 2,3 m.

Candi utama atau candi induk terletak di pelataran persegi seluas 40 m2, yang dikelilingi pagar dari susunan batu setinggi 0,85 m. Bangunan candi berbentuk poligon bersudut 20 dengan diameter 29 m. Tinggi bangunan mencapai 30 m dengan 9 atap yang masing-masing mempunyai stupa di puncaknya.

Tubuh candi berdiri di atas batur setinggi sekitar 2,5 m. Kaki candi dihiasi pahatan bermotif bunga dalam jambangan. Untuk mencapai permukaan batur yang membentuk selasar, terdapat tangga selebar sekitar 2 m yang dilengkapi dengan pipi tangga. Pangkal pipi tangga dihiasi makara, kepala naga dengan mulut menganga lebar, dengan arca Buddha di dalamnya. Dinding luar pipi tangga dihiasi pahatan berwujud raksasa Kalpawreksa.

Di atas ambang pintu tidak terdapat Kalamakara, namun dinding di kiri dan kanan ambang pintu dihiasi pahatan kepala naga dengan mulut menganga. Berbeda dari yang terdapat di pangkal pipi tangga, bukan Buddha yang terdapat dalam mulut naga, melainkan seekor singa.

Candi utama yang dibangun dari batu andesit ini mempunyai pintu utama di sebelah timur, sehingga dapat dikatakan bahwa candi utama ini menghadap ke timur. Selain pintu utama, terdapat 3 pintu lain, yaitu yang menghadap ke utara, barat dan selatan. Semua pintu masuk dilengkapi dengan bilik penampil. Ruang dalam tubuh candi berbentuk kubus dengan dinding terbuat dari susunan bata merah. Di dalam ruangan ini terdapat sebuah 'asana'. Pada dinding luar tubuh dan kaki atap candi terdapat relung-relung berisi arca Buddha dalam berbagai posisi.

Candi perwara dan candi apit seluruhnya terletak di pelataran luar. Di setiap sisi terdapat sepasang candi apit yang berada di antara candi utama dengan deretan dalam candi perwara. Setiap pasangan candi apit berhadapan mengapit jalan yang membelah halaman menuju ke candi utama.

Candi apit berdiri di atas batur setinggi sekitar 1 m, dilengkapi dengan tangga selebar sekitar 1 m menuju ke selasar di permukaan kaki candi. Di atas ambang pintu bukan dihiasi pahatan Kalamakara, melainkan beberapa panil relief. Atap candi berbentuk stupa dengan deretan stupa kecil menghiasi pangkalnya. Dinding tubuh candi apit dihiasi dengan sosok-sosok pria berbusana kebesaran, nampak seperti dewa, dalam posisi berdiri memegang setangaki teratai di tangannya.

Candi perwara dibangun masing-masing dalam empat deret di sisi terluar mengelilingi candi utama dan candi apit. Pada deret terdalam terdapat 28 bangunan, deretan kedua terdapat 44 bangunan, deretan ketiga terdapat 80 bangunan, dan deretan ke empat 88 bangunan. Semua candi perwara, kecuali yang berada dalam deretan ketiga, menghadap ke luar atau membelakangi candi utama. Hanya yang berada dalam deretan ketiga yang menghadap ke dalam. Sebagian besar candi perwara dalam keadan rusak, tinggal berupa onggokan batu.

Sumber : http://fatawisata.com/
BENTENG SOMBA OPU - MAKASSAR

BENTENG SOMBA OPU - MAKASSAR

Benteng Somba Opu dibangun oleh Sultan Gowa ke-IX yang  bernama Daeng Matanre Karaeng Tumapa‘risi‘ Kallonna pada tahun 1525. Pada  pertengahan abad ke-16, benteng ini menjadi pusat perdagangan dan pelabuhan  rempah-rempah yang ramai dikunjungi pedagang asing dari Asia dan Eropa.

sombaopu
Fort of Somba Opu, the capital of Great Gowa Kingdom

Pada tanggal 24 Juni 1669,  benteng ini dikuasai oleh VOC dan kemudian dihancurkan hingga terendam oleh  ombak pasang. Pada tahun 1980-an, benteng ini ditemukan kembali oleh sejumlah  ilmuan. Pada tahun 1990, bangunan benteng yang sudah rusak direkonstruksi  sehingga tampak lebih indah. Kini, Benteng Somba Opu menjadi sebuah obyek  wisata yang sangat menarik, yaitu sebagai sebuah museum bersejarah.

kini

dulu
Vue de Samboupo, Carthographer: Jacques Nicolas Bellin 1703-1772, Historie generale des voyages, 1747

William Wallace (Ilmuan Inggris), menyatakan, Benteng Somba Opu adalah benteng terkuat yang pernah dibangun orang nusantara. Benteng ini adalah saksi sejarah kegigihan Sultan Hasanuddin serta rakyatnya mempertahankan kedaulatan negerinya.

Pernyataan Wallace bisa jadi benar. Begitu memasuki kawasan Benteng Somba Opu, akan segera terlihat tembok benteng yang kokoh. Menggambarkan sistem pertahanan yang sempurna pada zamannya. Meski terbuat dari batu bata merah, dilihat dari ketebalan dinding, dapatlah terbayangkan betapa benteng ini amat sulit ditembus dan diruntuhkan.

Ada tiga bastion yang masih terlihat sisa-sisanya, yaitu bastion di sebelah barat daya, bastion tengah, dan bastion barat laut. Yang terakhir ini disebut Buluwara Agung. Di bastion inilah pernah ditempatkan sebuah meriam paling dahsyat yang dimiliki orang Indonesia. Namanya Meriam Anak Makassar. Bobotnya mencapai 9.500 kg, dengan panjang 6 meter, dan diameter 4,14 cm.

Sebenarnya, Benteng Somba Opu sekarang ini lebih tepat dikatakan sebagai reruntuhan dengan sisa-sisa beberapa dinding yang masih tegak berdiri. Bentuk benteng ini pun belum diketahui secara persis meski upaya ekskavasi terus dilakukan. Tetapi menurut peta yang tersimpan di Museum Makassar, bentuk benteng ini adalah segi empat.

Di beberapa bagian terdapat patok-patok beton yang memberi tanda bahwa di bawahnya terdapat dinding yang belum tergali. Memang, setelah berhasil mengalahkan pasukan Kerajaan Gowa yang dipimpin Sultan Hasanuddin, Belanda menghancurkan benteng ini. Selama ratusan tahun, sisa-sisa benteng terbenam di dalam tanah akibat naiknya sedimentasi dari laut.

Secara arsitektural, begitu menurut peta dokumen di Museum Makassar, benteng ini berbentuk segi empat dengan luas total 1.500 hektar. Memanjang 2 kilometer dari barat ke timur. Ketinggian dinding benteng yang terlihat saat ini adalah 2 meter. Tetapi dulu, tinggi dinding sebenarnya adalah antara 7-8 meter dengan ketebalan 12 kaki atau 3,6 meter.

Benteng Somba Opu sekarang ini berada di dalam kompleks Miniatur Budaya Sulawesi Selatan. Wisatawan dapat menikmati bentuk-bentuk rumah tradisional Sulawesi Selatan seperti rumah tradisional Makassar, Bugis, Toraja, dan Mandar tak jauh dari benteng. Di dalam kompleks ini pula setiap tahun digelar Pameran Pembangunan Sulawesi Selatan.

Lokasi Obyek :
Benteng Somba Opu terletak di Jl Daeng Tata, Kelurahan Benteng Somba Opu, Kecamatan Barombong, Kabupaten Gowa. Jaraknya sekitar enam kilometer sebelah selatan pusat Kota Makassar.

Akses ke Lokasi :
Benteng Somba Opu dapat diakses dari pusat Kota Makassar (Lapangan Karebosi) dengan angkutan kota (petepete) atau taksi. Jika menggunakan angkutan kota, dari Lapangan Karebosi menumpang angkutan kota jurusan Cenderawasih. Dari Cenderawasih berganti angkutan menuju Benteng Somba Opu.

BENTENG BELGICA - MALUKU

Benteng Belgica pada awalnya adalah sebuah benteng yang dibangun oleh bangsa Portugis pada abad 16 di Pulau Neira, Maluku. Lama setelah itu, di lokasi benteng Portugis tersebut kemudian dibangun kembali sebuah benteng oleh VOC atas perintah Gubernur Jendral Pieter Both pada tanggal 4 September 1611. Benteng tersebut kemudian diberi nama Fort Belgica, sehingga pada saat itu, terdapat dua buah benteng di Pulau Neira yaitu; Benteng Belgica dan Benteng Nassau. Benteng ini dibangun dengan tujuan untuk menghadapi perlawanan masyarakat Banda yang menentang monopoli perdagangan pala oleh VOC.




Pada tanggal 9 Agustus 1662, benteng ini selesai diperbaiki dan diperbesar sehingga mampu menampung 30 – 40 serdadu yang bertugas untuk menjaga benteng tersebut.

Kemudian pada tahun 1669, benteng yang telah diperbaiki tersebut dirobohkan, dan sebagian bahan bangunannya digunakan untuk membangun kembali sebuah benteng di lokasi yang sama. Pembangunan kali ini dilaksanakan atas perintah Cornelis Speelman. Seorang insinyur bernama Adriaan Leeuw ditugaskan untuk merancang dan mengawasi pembangunan benteng yang menelan biaya sangat besar ini. Selain menelan biaya yang sangat besar (309.802,15 Gulden), perbaikan kali ini juga memakan waktu yang lama untuk meratakan bukit guna membuat pondasi benteng yaitu sekitar 19 bulan. Biaya yang besar tersebut juga disebabkan karena banyak yang dikorupsi oleh mereka yang terlibat dalam perbaikan benteng ini. Akhirnya benteng ini selesai pada tahun 1672.

Sepuluh tahun kemudian komisaris Robertus Padbrugge ditugaskan untuk memeriksa pembukuan pekerjaan tersebut, tetapi ia tidak berhasil dalam tugasnya tersebut. Hal ini dikarenakan banyak tuan tanah yang beranggapan bahwa biaya tersebut tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan hasilnya, sebuah benteng yang hebat dan mengagumkan. Karena hal tersebut, Padbrugge menghentikan penyelidikannya.

Walaupun benteng tersebut dikatakan sangat hebat dan mengagumkan, tetapi masalah bagaimana untuk mencukupi kebutuhan air dalam benteng masih juga belum terpecahkan. Setelah menimbang-nimbang apakah akan menggali sebuah sumur atau membuat sebuah bak penampungan air yang besar atau membuat empat buah bak penampungan air yang lebih kecil, akhirnya diputuskan untuk menggali sebuah sumur di dekat benteng dan menghubungkannya dengan sebuah bak penampung air berbentuk oval yang dibuat ditengah halaman dalam benteng.

Pada tahun 1795, benteng ini dipugar oleh Francois van Boeckholtz—Gubernur Banda yang terakhir. Pemugaran ini dilaksanakan juga di beberapa benteng-benteng lain sebagai persiapan untuk menghadapi serangan Inggris. Satu tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 8 Maret 1796, benteng Belgica diserang dan berhasil direbut oleh pasukan Inggris. Dengan jatuhnya benteng ini, Inggris dengan mudah dapat menguasai Banda. Pada tahun 1803 dilaporkan, setiap kali ada satu kapal yang berlabuh, diadakan upacara band militer setiap jam 5 pagi dan jam 8 malam di benteng Belgica dan Nassau. Setiap hari Kamis dan Senin dilakukan pawai militer pada jam 6.30 pagi. Pergantian jaga dilakukan setiap pagi, siang dan malam pada kedua benteng tersebut, sehingga hampir setiap jam masyarakat yang tinggal dekat kedua benteng tersebut dapat melihat parade militer dan mendengarkan musik dari band militer.

Sumber : http://fatawisata.com/

SEJARAH KOTA SAMARINDA - KALIMANTAN TIMUR

Pada saat pecah perang Gowa, pasukan Belanda di bawah Laksamana Speelman memimpin angkatan laut menyerang Makasar dari laut, sedangkan Arupalaka yang membantu Belanda menyerang dari daratan. Akhirnya Kerajaan Gowa dapat dikalahkan dan Sultan Hasanudin terpaksa menandatangani perjanjian yang dikenal dengan " PERJANJIAN BONGAJA" pada tanggal 18 Nopember 1667.

Sebagian orang-orang Bugis Wajo dari kerajaan Gowa yang tidak mau tunduk dan patuh terhadap isi perjanjian Bongaja tersebut, mereka tetap meneruskan perjuangan dan perlawanan secara gerilya melawan Belanda dan ada pula yang hijrah ke pulau-pulau lainnya diantaranya ada yang hijrah ke daerah kerajaan Kutai, yaitu rombongan yang dipimpin oleh Lamohang Daeng Mangkona (bergelar Pua Ado yang pertama). Kedatangan orang-orang Bugis Wajo dari Kerajan Gowa itu diterima dengan baik oleh Sultan Kutai.

Atas kesepakatan dan perjanjian, oleh Raja Kutai rombongan tersebut diberikan lokasi sekitar kampung melantai, suatu daerah dataran rendah yang baik untuk usaha Pertanian, Perikanan dan Perdagangan. Sesuai dengan perjanjian bahwa orang-orang Bugis Wajo harus membantu segala kepentingan Raja Kutai, terutama didalam menghadapi musuh.

Semua rombongan tersebut memilih daerah sekitar muara Karang Mumus (daerah Selili seberang) tetapi daerah ini menimbulkan kesulitan didalam pelayaran karena daerah yang berarus putar (berulak) dengan banyak kotoran sungai. Selain itu dengan latar belakang gunung-gunung (Gunung Selili).

Dengan rumah rakit yang berada di atas air, harus sama tinggi antara rumah satu dengan yang lainnya, melambangkan tidak ada perbedaan derajat apakah bangsawan atau tidak, semua "sama" derajatnya dengan lokasi yang berada di sekitar muara sungai yang berulak, dan di kiri kanan sungai daratan atau "rendah". Diperkirakan dari istilah inilah lokasi pemukiman baru tersebut dinamakan SAMARENDA atau lama-kelamaan ejaan "SAMARINDA".

Orang-orang Bugis Wajo ini bermukim di Samarinda pada permulaan tahun 1668 atau tepatnya pada bulan Januari 1668 yang dijadikan patokan untuk menetapkan hari jadi kota Samarinda. Telah ditetapkan pada peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Samarinda Nomor: 1 tahun 1988 tanggal 21 Januari 1988, pasal 1 berbunyi "Hari Jadi Kota Samarinda ditetapkan pada tanggal 21 Januari 1668 M, bertepatan dengan tanggal 5 Sya'ban 1078 H" penetapan ini dilaksanakan bertepatan dengan peringatan hari jadi kota Samarinda ke 320 pada tanggal 21 Januari 1980 


Samarinda merupakan ibukota Provinsi Kalimantan Timur yang iuga dikenal sebagai pusat industri perkayuan di Kalimantan Timur serta kota pelabuhan yang penting. Letaknya tidak jauh dari Balikpapan namun kota berpenduduk sekitar 500 ribu jiwa ini memiliki suasana yang agak berbeda dengan kota Balikpapan. Bagi wisatawan, Samarinda adalah tempat yang bagus untuk memulai perjalanan ke daerah pedalaman, menyusuri Sungai Mahakam.

Kebanyakan penduduk di Samarinda adalah Orang Banjar dari Kalimantan Selatan sehingga Bahasa Banjar sering terdengar dalam percakapan sehari hari.  Bahasa  Banjar merupakan bahasa utama di Samarinda dan selain orang Banjar, kelompok masyarakat terbesar kedua di Samarinda adalah Orang Kutai dan pendatang lainnya.


Sebagian besar wilayah Kota Samarinda terletak di Utara Sungai Mahakam. Di tepi Sungai Mahakam ini berdiri sebuah masjid besar Masjid Raya Darussalam yang menjadi salah  satu cirri atau simbol Kota Samarinda. Sekitar tahun 1990-an dilakukan pemugaran menyerupai sebuah mesjid dii Timur Tengah. Masjid berkonstruksi  beton  ini berlantai tiga dan dapar menampung sekitar 14.000 jemaah. Di  lingkungan masjid ini dilengkapi taman, kolam dan perpustakaan.

Di wilayah Selatan Sungai Mahakam atau disebut juga dengan sebutan Samarinda Seberang, berjarak 8 km dari pusat kota, di Jl. Bung Tomo, terdapat pusat kerajinan sarung Samarinda. Kerajinan ini mulanya dibawa pendatang suku Bugis dari Sulawesi. Hampir di setiap perkampungan Suku Bugis di tempat ini dapat ditemukan pengrajin sarung Samarinda. Alat tenun yang digunakan para pengrajin adalah alat tradisional yang disebut 'gedokan'. Produk yang dihasilkan untuk satu buah sarung memakan waktu tiga minggu.


Kebun Raya UNMUL Samarinda  merupakan hutan pendidikan dan kebun Botani yang menjadi salah satu obyek wisata alami. Memiliki beberapa karakteristik dengan dikembangkannya sebagai hutan pendidikan seluas 62,4 ha dan menjadi arboretum hutan buatan yang meliputi hutan alam, hutan tanaman daun lebar, hutan tanaman Konifer kebun bunga, kebun buah, kebun palma dan kebun bambu. Sisanya seluas 238,6 ha masih berupa hutan sekunder.

Berbagai sarana yang terdapat di lokasi ini adalah kolam pemancingan, sepeda air, restoran, penangkaran satwa seperti burung hutan tropis, buaya muara, orang utan dan lainnya. Selain sebagai tempat rekreasi kebun raya ini juga tempat olahraga dan jogging yang sehat karena udaranya bersih dengan terpeliharanya vegetasi di sekitarnya.

Kawasan Citra Niaga merupakan kawasan pertokoan yang memadukan antara pedagang besar dan pedagang kecii dalam satu komplek dengan arsitektur Timur Tengah. Di sini wisatawan dapat menemukan berbagai suvenir Kalimantan Timur yang dljual dengan harga terjangkau.

Dan kawasan Citra Niaga pada sore hingga malam hari, wisatawan dapat menikmati keindahan tepian sungai Mahakam dengan suasana yang romantis. Melihat aktivitas sungai sebagai sarana transportasi untuk angkutan penumpang dan barang serta hasil bumi yang diperdagangkan melalui pelabuhan alur Sungai Mahakam tentunya mengasyikkan diselingi makan jagung bakar aneka rasa di sepanjang tepian ditemani beragam minuman ringan dan penghangat tubuh.

Air Terjun Tanah Merah terletak sekitar 14 km dari pusat kota Samarinda, tepatnya di dusun Purwosari Kecamatan Samarinda Utara. Tempat wisata yang bersuasana teduh ini cocok bagi wisata keluarga karena dilengkapi dengan areal parkir kendaraan yang luas, pendopo istirahat, warung, pentas terbuka dan lain-lain tersedia di lokasi wisata ini. Untuk mencapai tempat ini dapat menumpang kendaraan umum trayek Pasar Segiri-Sungai Siring.


Kawasan Wisata Budaya Pampang  terletak sekitar 20 km dari Kota Samarinda merupakan kawasan wisata budaya yang menarik untuk menyaksikan kehidupan suku Dayak Kenyah. Kawasan Budaya Pampang terbentuk akibat perpindahan suku Dayak Kenyah dari Apokayan, di Kabupaten Bulungan melalui Muara Wahau, Long Segar, Tabang, Long Iram di Kabupaten Kutai tahun 1967.

Sejak itulah mereka mulai merintis kehidupan di lokasi Pampang, Kelurahan Sungai Siring, Kecamatan Samarinda Utara.  Pampang merupakan alternatif bagi wisatawan yang memiliki waktu singkat namun ingin menyaksikan kehidupan budaya suku pedalaman khususnya Dayak Kenyah.

Di tempat ini pula dapat disaksikan atraksi kesenian seperti Kancet Punan letto, Kancet lasan (gong), tari Hudoq, tari Manyam tali, kancet Nyelama Sakai, tari Pemung Tawai, tari Burung Enggang, tari Lelene yang disuguhkan rutin pada hari Minggu siang hingga sore hari.

Obyek wisata budaya ini dapat ditempuh dengan rnenggunakan kendaraan bermotor melalul jalan raya Samarinda-Bontang. Daya tarik yang dapat disaksikan di tempat ini adalah Lamin atau rumah adat suku Dayak serta tarian dan upacara adat Dayak Kenyah, yang digelar setiap hari Minggu siang sampai dengan sore.

Sumber :
http://www.samarindakota.go.id/index.php?page=33
Buku Informasi Pariwisata Nusantara Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia 
http://fatawisata.com/kalimantan-timur/1174-kota-samarinda

CANDI MUARA TAKUS - RIAU

Candi Muara Takus terletak di Desa Muara Takus, Kecamatan Tigabelas Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Jaraknya dari Pekanbaru, Ibukota Provinsi Riau, sekitar 128 km. Perjalanan menuju Desa Muara Takus hanya dapat dilakukan melalui jalan darat, yaitu dari Pekanbaru ke arah Bukittinggi sampai di Muara Mahat. Dari Muara Mahat melalui jalan kecil menuju ke Desa Muara Takus.


Kompleks Candi Muara Takus adalah satu-satunya peninggalan sejarah yang berbentuk candi di Riau. Candi bernuansa Buddhistis ini merupakan bukti bahwa Buddha pernah berkembang di kawasan ini. Kendati demikian, para pakar purbakala belum dapat menentukan secara pasti kapan candi ini didirikan.



Ada dua pendapat mengenai nama Muara Takus. Yang pertama mengatakan bahwa nama tersebut diambil dari nama sebuah anak sungai kecil bernama Takus yang bermuara ke Sungai Kampar Kanan. Pendapat lain mengatakan bahwa Muara Takus terdiri dari dua kata, yaitu “Muara” dan “Takus”. Kata “Muara” memunyai pengertian yang sudah jelas, yaitu suatu tempat sebuah sungai mengakhiri alirannya ke laut atau ke sungai yang lebih besar, sedangkan kata “Takus” berasal dari bahasa Cina, Ta berarti besar, Ku berarti tua, dan Se berarti candi atau kuil. Jadi arti keseluruhan kata Muara Takus adalah candi tua yang besar yang terletak di muara sungai. 

Candi Muara Takus merupakan candi Buddha, terlihat dari adanya stupa, yang merupakan lambang Buddha Gautama. Ada pendapat yang mengatakan bahwa candi ini merupakan campuran dari bentuk candi Buddha dan Siwa. Pendapat tersebut didasarkan pada bentuk bentuk Candi Mahligai, salah satu bangunan di kompleks Candi Muara takus, yang menyerupai bentuk lingga (kelamin laki-laki) dan yoni (kelamin perempuan). Arsitektur candi ini juga memunyai kemiripan dengan arsitektur candi-candi di Myanmar. Candi Muara Takus merupakan sebuah kompleks yang terdiri atas beberapa bangunan. 

Bangunan yang utama adalah yang disebut Candi Tuo. Candi ini berukuran 32,80 m x 21,80 m dan merupakan candi bangunan terbesar di antara bangunan yang ada. Letaknya di sebelah utara Candi Bungsu. Pada sisi sebelah timur dan barat terdapat tangga, yang menurut perkiraan aslinya dihiasi stupa, sedangkan pada bagian bawah dihiasi patung singa dalam posisi duduk. Bangunan ini memunyai sisi 36 buah dan terdiri dari bagian kaki I, kaki II, tubuh dan puncak. Bagian puncaknya telah rusak dan batu-batunya telah banyak yang hilang. 

Candi Tuo dibangun dari campuran batu bata yang dicetak dan batu pasir (tuff). Pemugaran Candi Tuo dilaksanakan secara bertahap akibat keterbatasan anggaran yang tersedia. Pada 1990, selesai dikerjakan bagian kaki I di sisi timur. Selama tahun anggaran 1992/1993 pemugaran dilanjutkan dengan bagian sisi sebelah barat (kaki I dan II). Volume bangunan keseluruhan mencapai 2.235 m3, terdiri dari : kaki: 2.028 m3, tubuh: 150 m3, dan puncak: 57 m3. Tinggi bangunan mencapai 8,50 m.

Bangunan kedua dinamakan Candi Mahligai. Bangunan ini berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 10,44 m x 10,60 m. Tingginya sampai ke puncak 14,30 m berdiri diatas pondamen segi delapan (astakoma) dan bersisikan sebanyak 28 buah. Pada alasnya terdapat teratai berganda dan di tengahnya menjulang sebuah menara yang bentuknya mirip phallus (yoni). 

Pada 1860, seorang arkeolog Belanda bernama Cornel de Groot berkunjung ke Muara Takus. Pada waktu itu di setiap sisi ia masih menemukan patung singa dalam posisi duduk. Saat ini patung-patung tersebut sudah tidak ada bekasnya. Di sebelah timur, terdapat teras bujur sangkar dengan ukuran 5,10 x 5,10 m dengan tangga di bagian depannya. Volume bangunan Candi Mahligai 423,20 m3 yang terdiri dari volume bagian kaki 275,3 m3, tubuh 66,6 m3 dan puncak 81,3 m3. Candi Mahligai mulai dipugar pada 1978 dan selesai pada 1983. 

Bangunan ketiga disebut Candi Palangka, yang terletak 3,85 m sebelah timur Candi Mahligai. Bangunan ini terdiri dari batu bata merah yang tidak dicetak. Candi Palangka merupakan candi yang terkecil, relung-relung penyusunan batu tidak sama dengan dinding Candi Mahligai. Dulu sebelum dipugar bagian kakinya terbenam sekitar satu meter. Candi Palangka mulai dipugar pada 1987 dan selesai pada 1989. Pemugaran dilaksanakan hanya pada bagian kaki dan tubuh candi, karena bagian puncaknya yang masih ditemukan pada 1860 sudah tidak ada lagi. Di bagian sebelah utara terdapat tangga yang telah rusak, sehingga tidak dapat diketahui bentuk aslinya. Kaki candi berbentuk segi delapan dengan sudut banyak, berukuran panjang 6,60 m, lebar 5,85 m, serta tingginya 1,45 m dari permukaan tanah dengan volume 52,9 m3. 

Bangunan keempat dinamakan Candi Bungsu. Candi Bungsu terletak di sebelah barat Candi Mahligai. Bangunannya terbuat dari dua jenis batu, yaitu batu pasir (tuff) terdapat pada bagian depan, sedangkan batu bata terdapat pada bagian belakang. Pemugaran candi ini dimulai pada 1988 dan selesai dikerjakan pada 1990. Melalu pemugaran tersebut candi ini dikembalikan ke bentuk aslinya, yaitu empat persegi panjang dengan ukuran 7,50 m x 16,28 m. Bagian puncak tidak dapat dipugar, karena tidak diketahui bentuk sebenarnya. Tinggi setelah dipugar 6,20 m dari permukaan tanah, dan volumenya 365,8 m3.

Menurut gambar yang dibuat oleh J.W. Yzerman bersama-sama dengan TH. A.F. Delprat dan Opziter (Sinder) H.L. Leijdie Melvile, di atas bangunan yang terbuat dari bata merah terdapat 8 buah stupa kecil yang mengelilingi sebuah stupa besar. Di atas bangunan yang terbuat dari batu pasir (tuff) terdapat sebuah tupa besar. Di bagian sebelah timur terdapat sebuah tangga yang terbuat dari batu pasir.

Selain bangunan-bangunan di atas, di sebelah utara, atau tepat di depan gerbang Candi Tuo terdapat onggokan tanah yang mempunyai dua lobang. Tempat ini diperkirakan tempat pembakaran jenazah. Lobang yang satu untuk memasukkan jenazah dan yang satunya lagi untuk mengeluarkan abunya. Tempat pembakaran jenazah ini, termasuk dalam pemeliharaan karena berada dalam kompleks percandian. Di dalam onggokan tanah tersebut terdapat batu-batu kerikil yang berasal dari Sungai Kampar. Di di luar kompleks Candi Muara Takus, yaitu di beberapa tempat di sekitar Desa Muarata Takus, juga diketemukan beberapa bangunan yang diduga masih erat kaitannya dengan candi ini.

Sumber : http://unikboss.blogspot.com/
6 TAMAN KOTA HIJAUKAN SURABAYA

6 TAMAN KOTA HIJAUKAN SURABAYA

Surabaya baru-baru ini mendapat beberapa penghargaan, diantaranya Adipura Kencana, Adiwiyata dan Kalpataru. Tri Rismaharini, Wali Kota Surabaya menerima penghargaan Adipura Kencana untuk kategori Kota Metro dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beberapa waktu lalu.

Ini bukan pertam kalinya Surabaya mendapatkan penghargaan di bidang lingkungan. Setiap tahun Surabaya selalu mendapatkan penghagaan, tidak hanya dari dalam negeri, penghargaan juga didapat dari luar negeri. PBB di bidang lingkungan pernah menganugerahi award of excellent bidang pengelolaan lingkungan. 

Tahun 2012 lalu, Surabaya juga mendapatkan penghargaan internasional kategori partisipasi terbaik se-Asia Pasifik yang tergabung dalam organisasi Citynet. Sebab, Kota Surabaya merupakan salah satu kota yang seluruh elemen warganya terlibat dalam mewujudkan lingkungan yang bersih.

Penghargaan untuk kategori lingkungan di Surabaya, tak terlepas dari adanya taman-taman kota yang ikut menjadikan Surabaya terlihat lebih hijau. Surabaya saat ini mempunyai Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebanyak 22,26 persen atau 171,68 hektar dari total luas wilayah kota.

Upaya pelayanan Ruang Terbuka Hijau (RTH), juga sedang digencarkan oleh dinas Kebersihan dan pertamanan Kota Surabaya saat ini. Banyaknya lahan-lahan kosong di tengah kota, kini dijadikan taman kota dan hutan kota. Ada puluhan taman kota yang dimiliki Kota Surabaya, tapi kali ini akan dibahas 6 saja yang paling banyak diminati. 6 Taman kota yang paling terkenal di antara puluhan taman kota yang dimiliki Surabaya.

Berikut 6 taman kota yang menghijaukan Kota Surabaya:

1. Taman Bungkul


Taman yang paling banyak dikjunjungi oleh masayarakat Surabaya ini berada di Jalan Protokol Raya Darmo. Taman yang mempunyai luas 900 m2 ini punya konsep sport, education, dan entertainment. Taman ini juga dilengkapi berbagai fasilitas, seperti skateboard dan sepeda track, jogging track, plaza (sebuah open stage yang bisa digunakan untuk live performance berbagai jenis entertainment), akses internet nirkabel (Wi-Fi atau Hotspot), telepon umum, arena green park seperti kolam air mancur, dan area pujasera.

Diresmikan sejak 21 Maret 2007, Taman Bungkul menjadi tempat kumpul-kumpul favorit warga Surabaya, mulai dari anak muda sampai orang-orang tua yang telah keluarga. Setiap malamnya, taman yang diambil dari nama Mbah Bungkul (di area taman terdapat makam Mbah Bungkul) ini tidak pernah sepi. 

2. Taman Flora


Asri, hijau, teduh seperti itulah kata yang tepat untuk menggambarkan taman yang berlokasi tak jauh dari Terminal Bratang Surabaya ini. Taman Flora ini memiliki luas 2,4 Hektar yang terletak di eks Kebon Bibit, Bratang Surabaya. 

Tak hanya rindang dan hijau, taman yang diresmikan Agustus 2007 ini memang banyak terdapat ratusan jenis pohon. Tak hanya tanaman, taman yang disebut juga dengan Tekno Park ini juga terdapat beberapa kandang fauna, sebut saja kandang rusa Tutul, rusa Bawean, sangkar burung berukuran cukup besar dan kolam ikan beserta air mancur.

3. Taman Prestasi


Di Taman seluas 6.000 m2 ini kita dapat menyaksikan replika penghargaan yang pernah diraih Kota Surabaya, seperti Wahana Tata Nugraha, Adipura Kencana, dan lain-lain. Maka itu taman ini mendapat sebutan taman Prestasi.

Taman yang berada di jalan Ketabang kali Surabaya ini dihiasi sekitar 21 jenis tanaman sehingga terasa nyaman untuk melepas penat. Hal ini menjadi cocok buat anak-anak karena dapat bermain sambil belajar mengenal lingkungannya. Taman Prestasi juga dilengkapi panggung terbuka, panggung teater, dan sarana permainan anak. Tak hanya itu, karena letaknya berada di pinggir Kalimas, pengunjung bisa menikmati petualangan menyusuri Kalimas dengan perahu naga atau perahu dayung.

4. Taman Apsari


Taman Apsari adalah taman yang letaknya depan kantor Gubernur Jawa Timur, Gedung Grahadi. Memiliki luas 5.300 meter persegi, taman yang di dalamnya terdapat terdapat Patung Suryo dan Joko Dolog ini dilengkapi dengan kurang lebih 20 jenis bunga. 

Karena letaknya yang berada di tengah kota, taman ini tak pernah sepi di malam hari dan banyak anak muda menjadikan taman peninggalan Belanda ini sebagai tempat berkumpul yang asyik. 

5. Taman Pelangi


Jika melewati jalan A Yani Surabaya, sempatkan beristirahat sejenak di area ini. Taman yang sangat menarik dengan air mancurnya ini tak bisa kita lewatkan ketika melewati jalan A Yani Surabaya. Taman yang tepat berada di depan Kantor Bulog ini akan lebih cantik ketika malam hari. Lampu-lampu berwarna-warni menyerupai pelangi ini indah dengan gemericik air mancur.

6. Taman Lansia


Taman bekas sebuah SPBU di Jalan Kalimantan Surabaya ini memang unik. Dari namanya saja kita mengenal dengan Taman Lansia. Taman yang memang diperuntukkan untuk para lanjut usia. 

Beragam tanaman dan bunga cantik menghiasi taman ini. Selain itu juga tersedia track yang khusus dibuat untuk kenyamanan kursi roda para lansia. Ada pula tempat duduk untuk pengantar saat menemani para lansia menikmati suasana kota di pagi atau sore hari. Kesejukan suasana di taman ini kian segar oleh keberadaan air mancur di tengah taman seluas 2.000 m2 ini. (Ibnu Anshari)

*Ibnu Anshari adalah pewarta warga dari Surabaya.
Sumber : http://news.liputan6.com/

SEJARAH BERDIRINYA BANDARA JUANDA SURABAYA

Bandara Juanda Surabaya,berada sekitar 20 kilometer selatan surabaya menuju sidoarjo yang secara administratif berada di wilayah kecamatan kedati,Kab.sidoarjo.Suarabaya yang penduduknya sekitar 2,6 jta orang adalah ibukota propinsi jawa timur dan merupakan kota terbesar kedua setelah jakarta.


Dengan klarifikasi bandara kelas 1,bandara juanda sanggup didarati pesawat boeing 747 dengan landasan mencapai 3000 M,peran bandara juanda akan semakin penting dengan meningkatnya peranan surabaya berkaitan dengan peningkatan kegiatan ekonomi.oleh karena itu pengembangan bandara juanda sangat diperlukan guna untuk dapat memberikan jasa pelayanan sesuai dengan tututan masa kini.

Sejarah singkat Bandara Juanda


Bandara udara juanda di bangun sejak tahun 1959 dan diresmikan penggunanya oleh Presiden Pertama Republik Indonesia pada tanggal 12 Agustus 1964 dengan sebutan pangkalan udara TNI-AL ( Lanundal Juanda ).pada awalnya dipergunakan untuk keperluan militer,namun sejalan dengan perkembangan jaman dan meningkatnya kebutuhan maka bandara ini berkembang pula untuk penerbangan sipil.

perkembangan penerbangan sipil yang semakin meningkat menyebabkan meningkatnya kesibukan TNI-AL.Tahun 1981 penerbangan sipil di lanudal juanda di alihkan pengelolaanya dari Dephamkam Kepada Dephub,dengan pengolahan bandara juanda diserahkan pada Direktorat Perhubungan Udara sampai tahun 1984.

Sejak tanggal 1 januari 1985 pengolahan bandara diserahkan kepada Perum Angkasa Pura.Tahun 1986 Perum Angkasa Pura berubah menjadi Perum Angkasa Pura I.

Dibawah pengolahan Pt.Angkasa Pura I bandara juanda telah melakukan perubahan -perubahan dan mengalami perkembangan di antaranya, tanggal 26 juli 1985 ditetapkan sebagai bandara Ekspor/Impor.pada tanggal 12 desember 1987 di buka pelayanan penerbangan internasional seperti singapura,Hongkong,Taipe dan Manila dengan Transit bandara soekarno-Hatta.

Setahun berikutnya pada tanggal 1 Oktober 1988 dilayani kedatangan Internasional Khusus custum.Pada tahun 1988 bandara juanda dinyatakan sebagai pintu masuk bebas visa bagi wisata asing.pada tanggal 26 mei 1990 dilakukan peresmian VIP Room oleh bapak Sudharmono,SH. 24 desember 1990 Menteri Perhubungan Ir.Aswar Anas meresmikan terminal Internasional oleh sekaligus pembukaan penerbangan Internasional perdana.pada bulan desember 1991 Singapura Airlines dan China Sounthern Air membuka jalur pernerbangan ke singapura dan Canto( China ).

Terminal Bandara Juanda

Secara keseluruhan terminal bandara juanda mencapai 28.088 m2 dengan kapasitas total 5,4 juta penumpang/tahun.bandara juanda memiliki 3 terminal yaitu terminal domestik, Internasional dan terminal Cargo.

  1. Untuk terminal domestik terminal seluas 20.131 M2. Ini dapat melayani hingga 4 juta penumpang/tahun.
  2. Untuk terminal Internasional, yang berkapasitas 1,4 juta penumpang/tahun,mencakup bangunan seluas 7.957 M2.
  3. Untuk terminal Cargo terletak di sebelah barat banda dengan luas 9.200 M2.

Selain Terminal-terminal di atas, bandara juanda juga memliki terminal VIP yang terletak di sebelah timur terminal Internasional.Terminal ini Khusus di gunakan Untuk kedatangan maupun keberangkatan Tamu Khusus atau Tamu bandara.

Sekilas Sejarah Bandara Juanda International

Bandar Udara Juanda semula dibangun sebagai pangkalan udara TNI Angkatan Laut. Namun dalam perkembangannya juga melayani jalur penerbangan sipil. Sejalan dengan pertumbuhan penerbangan sipil, maka pengelolaan Bandar Udara Juanda dialihkan dari Departemen Hankam ke Departemen Perhubungan dan kemudian diserahkan kembali ke Perum Angkasa Pura I.

1964 - 07 Februari
Diresmikan sebagai Pangkalan Udara TNI Angkatan Laut

1981 - 07 Desember
Pengelolaan penerbangan sipil diserahkan dari Departemen Hankam ke Departemen Perhubungan.

1985 - 01 Januari
Pengelolaan Bandara Juanda diserahkan ke Perum Angkasa Pura I.

1987 - 12 Desember
Dibuka penerbangan internasional ke Singapore, Hongkong, Taipei dan Manila via Jakarta.

1990 - 24 Desember
Penerbangan Internasional langsung. Peresmian Terminal Penumpang Internasional.

2006-1 s/d 15 Nopember
Rencana pemindahan dan pengoperasian terminal baru di sisi utara landasan pacu.

2006-15 Nopember
Awal pengoperasian Terminal baru sisi utara landasan pacu yang diresmikan langsung oleh Bapak Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono.

Bandar Udara Juanda berada dibawah manajemen PT. (Persero) Angkasa Pura I, yaitu BUMN yang ditugasi pemerintah untuk mengelola jasa kebandarudaraan di wilayah Tengah dan Timur Indonesia. Dengan mengutamakan keselamatan penerbangan dan pelayanan prima, bandar udara ini terus berkembang menjadi pintu gerbang ke pusat pertumbuhan wilayah Tengah dan Timur Indonesia.

Sumber : http://info-bandara.blogspot.com/
TRADISI NGABUBURIT SAAT BULAN RAMADHAN

TRADISI NGABUBURIT SAAT BULAN RAMADHAN

Istilah Ngabuburit populer di kalangan anak muda bahkan sudah dianggap menjadi istilah baku untuk orang Indonesia khususnya di Jawa.


Ngabuburit berasal dari bahasa Sunda dan kata dasarnya tidak ada hubungan dengan bulan puasa Ramadhan. Kata burit artinya waktu menjelang malam hari , waktu Maghrib, waktu sore atau senja. Jadi ngabuburit adalah menunggu waktu di sore hari.  Jadi ngabuburit adalah saat menunggu atau menghabiskan waktu hingga menjelang waktu Adzan Maghrib datang.

Dalam Kamus Bahasa Sunda yang diterbitkan Lembaga Basa dan Sastra Sunda (LBSS), ngabuburit berarti ngalantung ngadagoan burit, yang artinya kurang lebih bersantai-santai sambil menunggu waktu sore.  Pengertian itu sejalan dengan makna ngabuburit yang tercantum dalam Ensiklopedia Sunda: menunggu saat berbuka puasa sambil mengerjakan sesuatu atau bermain-main, berjalan-jalan sekadar melupakan perut lapar sampai magrib.


Jadi sebenarnya kegiatan ngabuburit bisa dilakukan kapan saja, tidak berlaku khusus saat bulan puasa. Tetapi istilah ini menjadi identik dengan bulan Ramadhan dimana banyak warga masyarakat yang melakukan kegiatan untuk mengisi waktu sambil menunggu magrib agar mereka menjadi lupa pada lapar dan haus selama berpuasa. Karena buka puasa dilakukan waktu maghrib maka istilah ngabuburit menjadi lebih sempit maknanya menjadi kegiatan menunggu waktu berbuka puasa

Ada beberapa kegiatan ngabuburit yang dikemas dalam nuansa islami seperti  pesantren kilat, tadarus, atau kunjungan ke panti sosial dan lain-lain. 

Sisi positif Ngabuburit adalah menjaga silaturahmi antar sahabat dan teman.

Sumber : http://nolkilo.blogspot.com/
PIRAMIDA GUNUNG PADANG

PIRAMIDA GUNUNG PADANG

Situs Gunung Padang merupakan situs prasejarah peninggalan kebudayaan Megalitikum di Cinajur Jawa Barat. Tepatnya berada di perbatasan Dusun Gunungpadang dan Panggulan, Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, kabupaten Cianjur. Luas kompleks “bangunan” kurang lebih 900 m², terletak pada ketinggian 885 m diaats permukaan laut (dpl), dan areal situs ini sekitar 3 hektar, menjadikannya sebagai kompleks punden berundak terbesar di Asia Tenggara.

wisata gunung padang

Laporan pertama mengenai keberadaan situs ini dimuat pada Rapporten van de Oudheidkundige Dienst (ROD, “Buletin Dinas Kepurbakalaan”) tahun 1914. Sejarawan Belanda, ahli prasejarah juga telah menyinggungnya pada tahun 1949. Setelah sempat “terlupakan”, pada tahun 1979 tiga penduduk setempat, Endi, Soma, dan Abidin, melaporkan kepada Edi, Penilik Kebudayaan Kecamatan Campaka, mengenai keberadaan tumpukan batu-batu persegi besar dengan berbagai ukuran yang tersusun dalam suatu tempat berundak yang mengarah ke Gunugn Gede. Selanjutnya, bersama-sama dengan Kepala Seksi Kebudayaan Departemen Pendidikan Kebudayaan Kabupaten Cianjur, R. Adang Suwanda, ia mengadakan pengecekan. Tindak lanjutnya adalah kajian arkeologi, sejarah, dan geologi yang dilakukan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) pada tahun 1979 terhadap situs ini.

Lokasi situs berbukit-bukit curam dan sulit dijangkau. Kompleksnya memanjang, menutupi permukaan sebuah bukit yang dibatasi oleh jejeran batu andesit besar berbentuk persegi. Situs itu dikelilingi oleh lembah-lembah yang sangat dalam. Tempat ini sebelumnya memang telah dikeramatkan oleh warga setempat. Penduduk menganggapnya sebagai tempat Prabu Siliwangi (raja Sunda), berusaha membangun istana dalam semalam.

Fungsi situs Gunungpadang diperkirakan adalah tempat pemujaan bagi masyarakat yang bermukim di sana pada sekitar 2000 tahun S.M. Hasil penelitian Rolan Mauludy dan Hokky Situngkir menunjukkan kemungkinan adanya pelibatan musik dari beberapa batu megalit yang ada. Selain Gunungpadang, terdapat beberapa tapak lain di Cianjur yang merupakan peninggalan periode megalitikum.

Sejak Maret 2011 Tim peneliti Katastrofi Purba yang dibentuk kantor Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana, dalam survei untuk melihat aktifitas sesar aktif Cimandiri yang melintas dari Pelabuhan Ratu sampai Padalarang melewati Gunung Padang. Ketika tim melakukan survei bawah permukaan Gunung Padang diketahui tidak ada intrusi magma. Kemudian tim peneliti melakukan survei bawah permukaa Gunung Padang secara lebih lengkap dengan metodologi geofisika, yakni geolistrik, georadar, dan geomagnet di kawasan Situs tersebut. Hasilnya, semakin meyakinkan bahwa Gunung Padang sebuah bukit yang dibuat atau dibentuk oleh manusia (man-made). Pada November 2011, tim yang dipimpin oleh DR. Danny Hilman Natawidjaja, terdiri dari pakar kebumian ini semakin meyakini bahwa Gunung Padang dibuat oleh manusia masa lampau yang pernah hidup di wilayah itu.

Hasil survei dan penelitian kemudian dipresentasikan pada berbagai pertemuan ilmiah baik di tingkat nasional maupun internasional, bahkan mendapat apresiasi dari Prof. Dr. Oppenheimer Kemudian tim katastrofi purba menginisiasi pembentukan tim peneliti yang difokuskan untuk melakukan studi lanjutan di Gunung Padang, dimana para anggota peneliti diperluas dan melibatkan berbagai bidang disiplin ilmu dan berbagai keahlian. Sebut saja DR. Ali Akbar seorang peneliti prasejarah dari Universitas Indonesia, yang memimpin penelitian bidang arkeologi. Kemudian Ir. Pon Purajatnika, M.Sc., memimpin penelitian bidang arsitektur dan kewilayahan, DR. Budianto Ontowirjo memimpin penelitian sipil struktur, dan DR. Andang Bachtiar seorang pakar sedimentologi, memimpin penelitian pada lapisan-lapisan sedimen di Gunung Padang. Seluruh tim peneliti itu tergabung dalam Tim Terpadu Penelitian Mandiri Gunung Padang yang difasilitasi kantor Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana. Menariknya seluruh pembiayaan penelitian dilakukan secara swadaya para anggota peneliti.

Berbagai temuan tim terpadu penelitian mandiri Gunung Padang ini akhirnya dilakukan uji radiometrik karbon (carbon dating, C14). Menariknya hasil uji karbon pada laboratorium Beta Miami, di Florida AS, menera bahwa karbon yang didapat dari pengeboran pada kedalaman 5 meter sampai dengan 12 meter berusia 14.500-25.000 tahun. Hasil laporan selengkapnya sebagai-berikut: Bangunan di bawah permukaan situs Gunung Padang terbukti secara ilmiah lebih tua dari Piramida Giza. Hal ini merujuk pada hasil pengujian karbon dating Laboratorium Batan (indonesia) dengan metoda LSC C14 dari material paleosoil di kedalaman -4m pada lokasi bor coring 1, usia material paleosoil adalah 5500 +130 tahun BP yang lalu. Sedangkan pengujian material pasir di kedalaman -8 s.d. -10 m pada lokasi coring bor 2 adalah 11000 + 150 tahun.

Hasil mengejutkan dan konsisten dikeluarkan oleh laboratorium Beta Analytic Miami, Florida,minggu lalu tambahnya dimana umur dari lapisan dari kedalaman sekitar 5 meter sampai 12 meter bada bor 2 umurnya sekitar 14500 – 25000 SM/atau lebih tua. Sementara beberapa sample konsisten dengan apa yg di lakukan di Lab batan. Kita tahu laboratorium di Miami Florida ini bertaraf internasional yang kerap menjadi rujukan berbagai riset dunia terutama terkait carbon dating.

punden berundak gunung padang

Fakta Terkait Situs Gunung Padang
  1. Umur dari lapisan tanah di dekat permukaan (60 cm di bawah permukaan) ,sekitar 600 tahun SM (hasilcarbon dating dari sampel yg diperoleh Arkeolog, DR Ali Akbar,anggota tim riset terpadu di Lab batan)
  2. Umur dari lapisan pasir-kerikil pada kedalaman sekitar 3-4 meter di Bor-1 yang melandasi Situs Gunung Padang di atasnya (sehingga bisa dianggap umur ketika Situs Gunung Padang di lapisan atas dibuat) sekitar 4700 tahun SM atau lebih tua (diambil dari hasil analisis BATAN).
  3. Umur lapisan tanah urug di kedalaman 4 meter diduga man made stuctures (struktur yang dibuat oleh manusia)dengan ruang yang diisi pasir (di kedalaman 8-10 meter) di bawah Teras 5 pada Bor-2,sekitar 7600-7800 SM (Lab Miami Florida)
  4. Umur dari pasir yang mengisi rongga di kedalaman 8-10 meter di Bor-2, sekitar 11.600-an tahun SM atau lebih tua (Lab Batan)
  5. Umur dari lapisan dari kedalaman sekitar 5 meter sampai 12 meter,sekitar 14500 – 25000 SM/atau lebih tua (lab Miami Florida)

Penelitian Gunung Padang Terancam Batal
Rencana penelitian beberapa situs arkeologis di Tanah Air, termasuk Gunung Padang di Kabupaten Cianjur, terancam gagal dilakukan tahun ini. Ajuan dana Rp 10 miliar oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) dalam APBN Perubahan belum juga cair. Setidaknya hingga Oktober 2012 penelitian Gunung Padang belum ada kepastian dananya.

Sumber : http://obyekwisataindonesia.com/
MUSEUM PURBAKALA SANGIRAN - JAWA TENGAH

MUSEUM PURBAKALA SANGIRAN - JAWA TENGAH

Sangiran merupakan sebuah daerah pedalaman yang berlokasi di kaki Gunung Lawu, tepatnya di depresi Solo sekitar 17 Km ke arah utara. Secara administatif,Sangiran termasuk dalam wilayah Kabupaten Sragen dan sebagian terletak di Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayahnya + 56 Km2 tersebar di tiga kecamatan di Kabupaten Sragen yaitu Kalijambe, Gemolong dan Plupuh serta Gondangrejo di Kabupaten Karanganyar. Dalam peta astronomi, Sangiran terletak pada 7o 25′ – 7o 30′ LS dan pada 4o – 7o 05′ BT (Moelyadi dan Widiasmoro, 1978).


Kawasan ini banyak sekali menyimpan misteri yang sangat menarik. Hal ini tidak lain karena di situs tersebut banyak ditemukan sisa-sisa kehidupan masa lampau. Hal ini yang sangat menarik untuk dicermati dan dipelajari. Yang paling menakjubkan, kita bisa memperoleh informasi lengkap dari sejarah kehidupan manusia terdahulu (diistilahkan dengan manusia purba) baik itu mengenai habitat, pola kehidupannya, binatang-binatang yang hidup bersamanya dan proses terjadinya bentang alam dalam kurun waktu tidak kurang dari 2 juta tahun yang lalu.

Museum Purbakala Sangiran

Situs Manusia Purba Sangiran ditemukan ketika pada tahun 1930an seorang antropolog Jerman Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald menemukan fosil-fosil di Sangiran. Paling tidak ditemukan fosil dari 5 jenis manusia purba yang berbeda. Dengan penemuan yang mencengangkan ini, menjadikan Sangiran sebagai situs yang menyumbangkan hampir 50% dari penemuan fosil manusia pra sejarah di dunia.

Berdasarkan penelitian, hal yang sangat menarik adalah bahwa manusia purba jenis Homo erectus yang ditemukan di wilayah Sangiran lebih dari 100 individu diyaini telah ada sejak 1 juta tahun lalu. Dari hasil penelitian,  ternyata jumlah ini mewakili 65% dari seluruh fosil manusia purba yang ditemukan di Indonesia dan merupakan 50% dari jumlah fosil sejenis yang ditemukan di dunia.(Widianto,et.al.,1996). Di sisi lain, kandungan batu yang pernah digunakan oleh manusia purba itu pun sangat banyak, sehingga kita bisa secara jelas mengetahui ataupun mengungkap kehidupan manusia purba beserta budaya yang berkembang saat itu.

Para ahli menggambarkan bahwa Sangiran awalnya merupakan bukit yang dikenal dengan sebutan ” KUBAH SANGIRAN” yang kemudian tererosi bagian puncaknya sehingga membentuk sebuah depresi akibat adanya pergerakan dari aliran sungai. Secara stratigrafis, Sangiran merupakan situs manusia purba terlengkap di Asia yang kehidupannya dapat dilihat secara berurutan tanpa terputus sejak 2juta tahun yang lalu yaitu sejak kala Pliosen akhir sampai akhir Pleistosen tengah.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 070/0/1977,tanggal 15 Maret 1977 wilayah Sangiran dan sekitarnya ditetapkan sebagai Daerah Cagar Budaya (Rusmulia Tjiptadi Hidayat,1993). Diperkuat lagi dengan ketetapan yang dikeluarkan oleh komite World Heritage UNESCO pada peringatan yeng ke-20th di Merida,Meksiko yang menetapkan Kawasan Sangiran sebagai Kawasan World Heritage ( Warisan Dunia) No. 593 ( Widianto,H., dan Sadirin.,1996).

Selain manusia dan kehidupan pra sejarah, ditemukan juga fosil makhluk bawah laut yang menimbulkan teori bahwa Pulau Jawa terangkat dari dasar laut jutaan tahun yang lalu. Bahkan pada tahun 1980an, para ilmuwan dihebohkan dengan penemuan fosil seekor mammoth utuh dengan tinggi 4 meter. Fosil ini sekarang disimpan di Museum Geologi Bandung. Karena kontribusi terhadap dunia arkeologi, antropologi, geologi dan ilmu pengetahuan yang begitu besar, UNESCO menetapkan Sangiran sebagai World Heritage Site (Warisan Peradaban Dunia) ke 593 pada 5 Desember 1996 di Merida, Meksiko.

Adapun koleksi peninggalan yang bisa anda saksikan antara lain gua besar yang kemudian dibangun berdinding beton dan berisi gambar-gambar tentang bagaimana bumi terbentuk, fosil gigi dan tengkorak purba, tulang-tulang hewan purba, serta diorama evolusi manusia dan diorama contoh aktifitas manusia purba, tengkorak manusia purba dari berbagai jaman dan tempat, tulang paha mammoth, tengkorak kerbau purba, berbagai jenis senjata, batu-batu fosil, dan lain sebagainya.

fosil kepala kerbau purba

fosil gading gajah sangiran

Untuk manusia purba, museum ini mempunyai banyak koleksi yang dipamerkan, seperti Homo sapiens, Pithecanthropus erectus, Australopithecus africanus, Homo Neanderthal Asia, Pithecanthropus soloensis, dan Pithecanthropus modjokertensis. Sedangkan koleksi hewan bertulang belakang yang dimiliki oleh Museum Purbakala Sangiran adalah Cervus sp (rusa), Rhinocerous sondaicus (badak), Mastodon sp (gajah), Bovidae (banteng, sapi), Sus sp (babi), Elephas namadicus (gajah), Felis palaejavanica (harimau), serta Bubalus palaeokarabau (kerbau).

Sumber : http://obyekwisataindonesia.com/

MUSEUM KRETEK KUDUS

Museum Kretek yang diresmikan pada tanggal 3 Oktober 1986 oleh Soeparjo Rustam Gubernur Jawa Tengah merupakan satu-satunya museum kretek di Indonesia, bahkan di dunia.


Menelusuri sejarah rokok kretek di Kudus, bermula dari sosok H. Jamhari, karena deraan penyakit dada yang sering menyesakkan nafasnya, ia mencoba mengoleskan minyak cengkeh pada dada dan punggungnya. Kemudian H. Jamhari mencoba dengan cara lain, yakni cengkeh yang sudah dirajang dicampur dengan rempah-rempah dan ia linting menjadi batang rokok.


Banyaknya permintaan akan rokok racikannya, H. Jamhari membuat rokok dalam jumlah besar. Sejak saat itulah industri rokok terlahir. Dan rokok cengkeh yang diisap menimbulkan bunyi ”kretek-kretek”, khalayak kemudian menyebut rokok tersebut sebagai ”Rokok Kretek”.

Sejarah telah mencatat, industri rokok kretek Kudus mengalami masa keemasan ketika Mas Niti Semito seorang tokoh kretek mengembangkan industri kretek dengan merek ”Bal Tiga”. Hal-hal yang dapat diteladani dari Mas Niti Semito adalah seorang pribumi buta aksara mampu mengelola perusahaan dengan jumlah karyawan mencapai 10.000 lebih pada masa itu (tahun 1906), belum termasuk karyawan sistem abon. Pertumbuhan industri kretek di Kudus berkembang pesat ditandai dengan berdirinya Pabrik Kretek Goenoeng Kedoe, Tebu dan Cengkeh, Delima, Jangkar, Garbis dan Manggis, Sukun, Nojorono, Jambu Bol, dll, serta pada tahun 1951 berdiri pabrik Rokok Djarum.

Sambil berwisata di Museum Kretek pengunjung dapat mempelajari tentang evolusi peradaban manusia khususnya evolusi peradaban kebudayaan lokal berupa kretek. Industri kretek asal mula diproduksi secara tradisional dan berskala kecil. kemudian sejalan dengan perkembangan pola pikir manusia sebagai pelaku, Industri Kretek di produksi dengan teknologi modern /mesin.

Keberadaan Museum Kretek yang terletak di Jalan Getas Pejaten Kudus, mulai tahun 2008 dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas:

1. Waterboom
Dengan tiga slide yaitu, spiral waterslide, torpedo waterslide serta manuver waterslide, waterboom Museum Kretek memanjakan anda sekaligus menguji adrenalin. 
HTM. Rp. 15.000,- (include bermain di kolam arus dengan perahu kayak).


2. Ember Tumpah 
Pesta air yang dipadukan dengan nuansa air tumpah menambah keceriaan anak-anak anda.
HTM. Rp. 5000,- /orang


3. Mini Movie
Suguhan film dokumenter berjudul Kudus Kota Kretek, pengunjung dapat menyimak sejarah Kudus sebagai penghasil kretek. Kapasitas tempat duduk 20 kursi cocok untuk dinikmati bersama keluarga.
HTM. Rp. 20.000,- sekali putar untuk 20 orang.


4. Fasilitas Penunjang lainnya
Rumah Pamer Joglo Pencu
Rumah adat Kudus yang disebut juga Oemah Pencu mempunyai nilai penting bagi sejarah karena keunikan dan gaya khas yang dimilikinya, dindingnya terbuat dari kayu jati pilihan dan diukir gaya khas 3 dimensi. Jumlahnya sangat terbatas dan jenisnya sangat langka, maka rumah adat Kudus ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya yang harus dilindungi dan dilestarikan. Rumah adat Kudus memiliki 3 bidang ruang yaitu Joglo satru, Gedongan, dan Pawon. Rumah Adat Kudus bisa menjadi wisata edukatif untuk semua kalangan.


5. Taman Bermain anak-anak

6. Mushola

7. Kios Kuliner dan Souvenir

8. Kantin

9. Area Parkir

KUDUS KOTA KRETEK

Rokok kretek adalah rokok  yang menggunakan tembakau  asli yang dikeringkan, dipadukan dengan saus cengkeh dan saat dihisap terdengar bunyi kretek-kretek. Rokok kretek berbeda dengan rokok yang menggunakan tembakau  buatan. Jenis cerutu  merupakan simbol rokok kretek yang luar biasa, semuanya alami tanpa ada campuran apapun, dan pembuatannya tidak bisa menggunakan mesin,sehingga disebutlah dengan rokok kretek.


Mengenai sejarah rokok kretek  memang belum begitu jelas asal usul sejarah nya, tapi berdasarkan kisah yang hidup di kalangan para pekerja di pabrik rokok, sejarah rokok  diawali dari penemuan Pak Haji Djamari yaitu pada sekitar akhir abad 19. Dikisahkan bahwa pada awalnya Pak Haji Djamari yang juga sebagai penduduk asli Kudus ini merasa sakit bagian dada, Pak haji Djamari kemudian mengoleskan minyak cengkeh, ia merasakan bahwa sakit yang dirasanya reda. Pak Haji Djamari kemudian mencoba berekpresimen dengan cengkeh tersebut, ia merajang cengkeh dan dicampur dengan tembakau kemudian dilinting menjadi sebuah rokok.

Kala itu melinting rokok sudah menjadi kebiasaan kaum pria. Djamari melakukan modifikasi dengan mencampur cengkeh. Setelah rutin menghisap rokok ciptaannya, Djamari merasa sakitnya hilang. Ia mewartakan penemuan ini kepada kerabat dekatnya. Berita ini pun menyebar cepat. Permintaan "rokok obat" ini pun mengalir. Djamari melayani banyak permintaan rokok cengkeh. Lantaran ketika dihisap, cengkeh yang terbakar mengeluarkan bunyi "keretek", maka rokok temuan Djamari ini dikenal dengan "rokok kretek". Awalnya, kretek ini dibungkus klobot atau daun  jagung kering. Dijual per ikat dimana setiap ikat terdiri dari 10, tanpa selubung kemasan sama sekali. Rokok kretek pun kian dikenal. Konon Djamari meninggal pada 1890. Identitas dan asal-usulnya hingga kini masih samar. Hanya temuannya itu yang terus berkembang.


Sepuluh tahun kemudian, penemuan Djamari menjadi dagangan memikat di tangan Nitisemito, perintis industri rokok di Kudus. Bisnis rokok dimulai oleh Nitisemito pada 1906 dan pada 1908 usahanya resmi terdaftar dengan merek "Tjap Bal Tiga". industri rokok itu menjadi industri rokok pertama di Indonesia dan di dunia.

Seiring perkembangan zaman, saat ini sudah ada ratusan bahkan ribuan Pabrik rokok di indonsia. Dan sampai saat ini industri rokok kretek di indonesia menjadi industri yang paling besar di indonesia menjadi industri yang membawa pngaruh paling besar pada pertumbuhan perekonomian di Indonesia.

Sumber : - Bapak Ahmad Sobary ( Budayawan dari Jakarta)