MASJID AGUNG DEMAK


Pulau Jawa memiliki banyak sekali keunikan dalam berbagai hal. Itu bisa dilihat dari keannekaragaman budaya yang ada. Salah satunya adalah tempat wisata satu ini yang termasuk tempat wisata religi yang sangat erat hubungannya dengan penyebar agama islam di pulau Jawa, yaitu Wali Songo. Ya, Masjid Agung Demak yang tepatnya berada di Desa Kauman, Kabupaten Demak, Jawa Tengah ini konon merupakan tempat berkumpulnya Wali Songo yaitu ulama – ulama yang menyebarkan agama islam di pulau Jawa.

Menurut Sejarah pendiri Masjid Agung Demak diperkirakan merupakan raja pertama Kesultanan Demak. Ia adalah Raden Fatah yang mendirikan Masjid Agung Demak pada sekitar abad ke-15. Raden Fatah bersama dengan Wali Songo mendirikan Masjid Agung Demak  dengan menggambarkan seekor hewan bulus ( kura kura ) yang memiliki makna tersendiri. Jika gambar bulus tersebut diartikan, maka gambar tersebut memiliki makna bahwa kepala bulus mengartikan angka satu ( 1 ) , kakinya yang berjumlah empat mengartikan angka empat ( 4 ) , badannya yang lebar dan bulat mengartikan angka nol ( 0 ), sedangkan ekor bulus mengartikan angka satu ( 1 ). Dari makna gambar bulus tersebut, diperkirakan Masjid Agung Demak didirikan pada tahun 1401 saka.  Sangat unik bukan?

masjid agung demak menyimpan banyak nilai sejarah

Dari segi arsitektur sendiri, Masjid Agung Demak memiliki banyak keunikan. Atap Masjid Agung Demak yang memiliki 3 ( tiga ) undakan juga memiliki makna tersendiri. Makna dari atap berbentuk limas itu yaitu Iman , Islam , dan Ihsan. Untuk tiang penyangga Masjid Agung Demak tergolong sangat banyak yaitu berjumlah 128 buah. Namun terdapat 4 ( empat ) tiang utama yang menurut sejarah merupakan buatan dari ( 4 ) empat wali dari Wali Songo. Empat tiang utama tersebut juga dikenal dengan nama saka guru. Salah satu dari tiang utama atau saka guru tersebut juga sangat menarik karena terbuat dari serpihan – serpihan kayu. Meski sudah mengalami pemugaran, akan tetapi keaslian dari Masjid Agung Demak ini masih dipertahankan.

Selain menikmati keindahan dan keunikan Masjid Agung Demak, kita juga bisa berkunjung ke museum yang terletak masih dalam kompleks Masjid Agung Demak. Museum ini menyimpan banyak diantaranya hal yang berhubungan sejarah Masjid Agung Demak , kentongan kuno , dan tulisan tangan asli Sunan Bonang mengenai tafsir Al – Qur’an yang masih tersimpan rapid an terawatt dengan baik.

Masih di sekitar areal Masjid Agung Demak juga terdapat komplek makam – makam para sultan Demak dan abdi – abdinya. Beberapa makan tersebut diantaranya makan Raden Fatah ( Sultan Demak I ) , makam Pangeran Singo Yudo, makan Syekh Maulana Maghribi dan makam Pangeran Benowo.

CANDI CETHO DI KARANGANYAR - JAWA TENGAH


Candi Cetho, Kompleks bangunan candi cetho yang berlokasi di lereng barat Gunung Lawu, tepatnya di Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah ini memiliki ukuran panjang 190M dan Lebar 30M dan berada di ketinggian 1496M dari Permukaan air laut. 


Candi Cetho berlatar belakang agama Hindu, Pola halamanya berteras dengan susunan 13 teras meninggi ke arah puncak, bentuk bangunan berteras mirip dengan bentuk pundene berundak masa prasejarah.

Singkatan memet (angka tahun yang di gambarkan dengan bentuk binatang, tumbuhan, dan sebagainya), arca berupa tiga ekor katak, mimi, ketam, seekor belut dan tiga ekor kadal, menurut Bernet Kempres arca ketem, belut dan mimi merupakan sangkalan yang berbunyi welut (3) wiku (7) anahut (3) iku=mimi sehingga di temukan angka tahun 1373 saka atau 1451 M

Tahun Pendirian Dan Fungsi Candi Cetho
Prasasti dengan huruf Jawa kuno pada dinding gapura teras ke VII berbunyi "Pelling padamel irikang buku, tirtasunya hawakira ya hilang saka kalanya wiku goh anaut iku 1397", yang dapat di tafsirkan peringatan pendirian tempat peruwatan atau tempat untuk membebaskan dari kutukan dan didirikan tahun 1397 saka (1475 M).



Fungsi candi Cetho sebagai tempat ruwatan juga dapat dilihat melalui simbol-simbol dan mitologi yang ditampilkan oleh arca-arcanya. Mitologi yang disampaikan berupa cerita Samudramanthana dan Garudeya. sedangkan simbol penggambaran phallus dan Vagina dapat ditafsirkan sebagai lambang penciptaan atau dalam hal ini adalah kelahiran kembali setelah di bebaskan dari kutukan.

Potret Candi Cetho tahun 1928 







Riwayat Penelitian & Pemugaran
  • Candi Cetho pertama kali dikenal dari laporan penelitian Van der Vilis pada tahun 1942 yang kemudian penelitian dan pendokumentasian di lanjutkan oleh W.F Stuterheim, K,C. Crucq dan A.J. Bernet Kempers.

  • Riboet Darmosoetopo dkk pada tahun 1972 telah melengkapi hasil penelitian sebelumnya. 

  • Tahun 1975/1976 Sudjono Humardani melakukan pemugaran terhadap komles candi cetho dengan dasar "perkiraan" bukan pada kondisi asli. Dengan kata lain pemugaran tersebut tidak mengikuti ketentuan pemugaran cagar budaya yang benar.

  • 1982 Dinas Purbakala (sekarang Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala) meneliti dalam rangka rekonstruksi.

Sumber : http://nortgren.blogspot.com/2013/04/candi-cetho-desa-gumeng-kec-jenawi.html

WISATA ILMIAH DI TEROPONG BINTANG BOSSCHA LEMBANG


Teropong merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengamati benda benda yang jauh. Teropong sendiri memiliki berbagai jenis. Teropong bumi biasa digunakan untuk melihat benda benda yang jauh berada di permukaan bumi. Ada lagi teropong prisma yang fungsinya hampir sama dengan teropong bumi, teropong ini lah yang paling sering kita jumpai. Selain kedua jenis teropong tersebut ada juga teropong bintang yang digunakan untuk mengamati benda benda luar angkasa seperti bintang, bulan, komet, meteor dll sebagainnya. Selain jenis jenis teropong tersebut masih ada beberapa jenis teropong seperti teropong radio dan teropong cermin.

Bercerita tentang teropong jadi teringat sebuah tempat menarik di sebelah utara Kota Bandung sekitar 15 Km yaitu sebuah tempat yang digunakan untuk mengamati benda benda luar angkasa dikenal dengan nama teropong bintang bosscha. Berada di lembang Jawa barat sehingga "teropong bintang bosscha" sering dikenal juga dengan Teropong bintang lembang.

Tempat ini memiliki hawa yang sejuk, lokasinya yang cukup tinggi dengan luas area 6 hektar berada di ketinggian 1310 m dari permukaan laut menjadikan tempat cocok sebagai tempat untuk mengamati langit.  Sejak tahun 2004 teropong bintang bosscha resmi dijadikan cagar budaya berdasar UU Nomor 2/1992 tentang Benda Cagar Budaya oleh pemerintah. Pada tahun 2008 tempat ini ditetapkan pemerintah sebagai salah satu objek vital nasional yang perlu diamankan.

SEJARAH OBSERVATORIUM BOSSCHA ( Teropong Bintang Bosscha )

Teropong Bintang Bosscha Lembang Jawa Barat

Teropong bintang bosscha dibuat pada Awal abad 20 atas gagasan Joan George Gijsbertus Voute dan dukungan sahabatnya  Karel Albert Rudolf Bosscha dan Rudolf Albert Kerkhoven. Pada waktu itu teropong bintang hanya terkosentrasi di Belahan utara bumi terutama di Eropa dan Amerika teimur. Sehingga Pembuatan teropong bintang di belahan selatan bumi diperlukan untuk keperluan penelitian astronomi.

Pada tahun 1921 Karel Albert Rudolf Bosscha atau Bosscha membayar sebuah teleskop dari Jerman yang berkualitas baik dengan harga yang murah karena jatuhnya nilai tukar mata uang jerman. Teleskop tersebut memiliki diameter 60 cm dengan panjang fokus 10 meter. Kontruksi bangunan observatorium ini dimulai tahun 1923 dan mulai digunakan pada tahun 1925 untuk pengamatan. Waktu yang diperlukan untuk melakukan membuat dan mengantarkan lensa memerlukan waktu tujuh tahun waktu yang cukup lama memang. Untuk melakukan kalibrasi teleskopnya saja memerlukan waktu 2 tahun. Saat perang dunia ke II kegiatan obsevatorium dihentikan dan dapat dibuka kembali setelah perang berakhir. Perang dunia ke II menyebabkan tempat ini rusak dan harus di renovasi ulang. Hingga akhirnya Observatorium ini diserahkan kepada pemerintah RI pada tanggal 17 Oktober 1951 dan menjadi bagian dari ITB. Sejak saat itu pula tempat ini dijadikan sebagai lembaga penelitian dan pendidikan formal Astronomi Indonesia. 

Sebagai penghargaan atas jasa Albert Rudolf Bosscha yang telah membantu pembangunan observatorium maka namanya dijadikan sebagai nama observatorium. Sehingga teropong bintang di sini dinamai Teropong bintang bosscha.

Di sini terdapat 5 buah teleskop yang berukuran besar  yaitu :

Teleskop Refraktor Bamberg

Teropong Bintang Bosscha BandungTeropong Bamberg memiliki diameter lensa 37 cm serta panjang panjang fokus 7 m teropong refraktor. Teropong ini unik Terletak disebuah gedung dengan atap setengah silinder yang atapnya dapat digeser dan bisa  bergerak maju atau mundur untuk membuka atau menutup. Jangkauan teleskop ini cuma terbatas sebagai alat pengamatan benda banda langit yang berjarak zenit 60 derajat, atau untuk mengamati benda langit yang lebih tinggi dari 30 derajat dan azimut pada sektor Timur-Selatan-Barat.  Teropong Bamberg baru selesai diinstalasi pada awal tahun 1929 , Teleskop ini juga sudah dilengkapi kamera CCD. Teleskop bemberg biasanya digunakan untuk menentukan skala jarak, menera terang bintang,  mengamati citra kawah bulan, mengukur fotometri gerhana bintang, mengamati matahari, dan juga digunakan untuk mengamati benda benda langit lainnya.

Teleskop Schmidt Bima Sakti
Teleskop in memiliki optik Schmidt jadi sering disebut dengan Kamera Schmidt. Lensa koreksi Teropong  Schmidt  berdiameter 51 cm dengan diameter cermin 71 cm, serta panjang fokus 127 cm. Teleskop Schmidt berfungsi untuk mempelajari struktur galaksi Bima Sakti, mengamati asteroid, spektrum bintang,  supernova, memotret objek di langit. Teleskop ini dilengkapi dengan prisma pembias dengan sudut prima 6,10, untuk mendapatkan spektrum bintang.


Teleskop Refraktor Ganda Zeiss
Teleskop ini memiliki Diameter teleskop utama 60 cm dan panjang fokus hampir 11 m bagian teleskop pencari memiliki diameter 40 cm. Kegunaanya antara lain untuk proses kegiatan pengamatan astrometri, khususnya untuk mendapatkan orbit bintang ganda visual. Teleskop ini juga dimanfaatkan sebagai alat pengamatan gerak diri bintang dalam gugus bintang, mengukur paralak bintang untuk menentukan jarak bintang. dengan CCD teleskop ini juga biasa dipakai untuk mengamati planet dan komet.

Teleskop Cassegrain GOTO
Teleskop ini termasuk jenis reflektor Cassegrain yang memiliki diameter cermin utama 45 cm berbentuk parabola serta mempunyai panjang fokus 1,8 m dengan cermin sekunder dengan bentuk hiperbola dan panjang fokus 5,4 m. Teleskop ini Cassegrain GOTO didapat dari bantuan kementrian luar negeri Jepang  pada tahun 1989 melalui progam ODA (Overseas Development Agency), Ministry of Foreign Affairs. Menggunakan teropong Cassegrain GOTO Objek bisa langsung diamati hanya dengan memasukan data posisi objekk tersebut dan data dari hasil pengamatan akan masuk ke media penyimpanan secara otomatis. Teleskop ini bisa juga difungsikan untuk mengukur intensitas cahaya bintang dan pengamatan sprektum bintang.

Teleskop Refraktor Unitron
Teleskop Unitron termasuk teropong refraktor yang dilengkapi lensa obyektif dengan diameter 102 mm serta panjang fokus 1500 mm.  Ukuran teropong yang kecil dan ringan, membuat Teropong Unitron baik untuk mengamati matahari dan juga bulan. Teropong ini mudah dibawa dan sudah beberapa kali digunakan saat ekspedisi mengamati gerhana matahari total dan juga sering dipakai untuk mengamati hilal, serta memotret bintik matahari dan benda langit lain.

Teleskop Surya dan Teleskop radio 2,3m
Teleskop surya adalah teleskop Matahari sedangkan Teleskop Radio 2,3m merupakan instrumen radio jenis Small Radio Telescope ( SRT ).  Teleskop radio dapat bekerja pada panjang gelombang 21 cm atau dalam frekuensi 1400-1440 MHz. Teleskop ini bisa dipakai untuk  pengamatan obyek yang jauh seperti ekstragalaksi dan kuasar.

Sekarang kondisi Observatorium Bosscha dianggap tidak layak lagi digunakan sebagai pengamatan astronomi. Kondisi ini diakibatkan karena perkembangan penduduk di daerah lembang dan Bandung yang tumbuh pesat Menybabkan tempat yang dahulunya hutan hutan kecil atau pepohonan dijadikan tempat pemukiman penduduk yang akibatnya intensitas cahaya yang berlebihan mengganggu proses kegiatan peneropongan yang memerlukan intensitas cahaya minim.

Jika anda ingin menikmati indahnya bintang teropong bintang bosscha di lembang ini bisa menjadi salah satu wisata yang menarik. Apabila anda ingin berkunjung ke tempat ini sabaiknya anda Menghubungi Kepala Obsevatorium Bosscha FMIPA ITB  ( Lembang 40391) terlebih dahulu untuk melakukan konfirmasi. 

Kunjungan yang ditawarkan di tempat ini adalah kunjungan siang, kunjungan malam, dan kunjungan malam khusus. Hari minggu dan hari libur nasional Teropong bintang  bossch tutup. Saat sebelum sampai sesudah lebaran dan tahun baru tempat ini juga tutup. Pada hari senin juga tidak ada yang berkunjung karena hari senin biasa digunakan untuk perawatan teropong dan instrumentasi. Untuk harga tiket masuk berkisar antara 5.000 sampai 10.000. Jangan lewatkan tempat ini jika anda memang ingin melihat berbagai keindahan langit.

Sumber : http://ceritawisata.blogspot.com/

IKON WISATA BARU KOTA NGAWI - BENTENG PENDEM


Ngawi merupakan kabupaten di Jawa Timur, di Ngawi terdapat tempat yang dulunya misterius namus sekarang sudah tidak lagi. Tempat misterius tersebut adalah sebuah benteng yang dijadikan markas Yon Armed 12 sebagai tempat latihan militer yang kemudian pindah ke lokasi baru di jalan Siliwangi karena Kondisi benteng sudah tidak mendukung. Namun meskipun Pindah benteng ini digunakan sebagai tempat penyimpanan senjata. Mungkin hal iniyang menyebabkan benteng ini menjadi tertutup untuk umum dan  misterius.

Pada akhir tahun 2011 akhirnya benteng pendem ngawi dibuka untuk umum setelah puluhan tahun benteng ini tertutup untuk umum. Hal ini terjadi karena gudang senjata juga dipindahkan ke jalan Siliwangi. Benteng Pendem Ngawi ini memiliki nilai sejarah yang tinggi. Benteng Pendem ini dibangun oleh gubernur van den bosh sekitar tahun 1839 dengan memanfaatkan sungai bengawan solo dengan tujuan untuk mengatasi serangan dan pengaruh kerajaan mataram di yogyakarta. selain itu benteng ini dulunya juga digunakan oleh ilmuwan belanda sebagai tempat persinggahan.

Benteng Ngawi

Benteng Pendem Ngawi

Meskipun telah berusia tua, benteng pendem ngawi masih sangat kokoh. Bangunan ini terdiri dari pintu gerbang utama serta kamar kamar yang digunakan untuk para tentara. Ada sebuah halaman rumput di tengah tengah benteng dan juga ada beberapa tempat yang dulunya digunakan sebagai kandang kuda. Di sekeliling benteng ada gundukan tanah yang memang sengaja dibuat untuk menahan luapan air sungai bengawan solo hal ini pula yang menjadikan benteng ini terkesan terpendam. Parit selebar 5 meter dahulunya juga ada mengelilingi benteng ini, Namun karena sudah lama parit ini sudah tertutup tanah.

Jika anda penasaran dengan benteng ini. Silakan berkunjung ke kota ngawi tepatnya di Kelurahan Pelem. Untuk mencapai Lokawisata Benteng Pendem Ngawi cukup mudah karena letaknya yang berada di pusat kota Ngawi. Semenjak benteng ini dibuka untuk umum menjadi salah satu objek wisata di Kota Ngawi, benteng ini mulai ramai dikunjungi oleh masyarakat. Pada awalnya masyarakat kurang percaya akan dibukanya benteng yang telah ditutup selama puluhan tahun ini. Sekarang untuk siapa saja boleh masuk dan berkunjung ke benteng ngawi ini. Untuk masuk Benteng Pendem ngawi anda perlu membeli tiket masuk dengan harga yang murah. Semoga setelah dibuka untuk umum Benteng ini bisa di rawat dengan baik dan dikenal luas.

Sumber : http://ceritawisata.blogspot.com/

LANDMARK JAKARTA TEMPOE DOELOE

LANDMARK JAKARTA TEMPOE DOELOE


Stasiun Beos merupakan salah satu landmark kota Jakarta Tua, yang merupakan lambang dari arsitektur bergaya modern pada masa itu. Yang juga merupakan pusat dari semua perjalanan kereta api pada masanya dan stasiun pertama yang dibuat. Stasiun Beos tidak dapat dilepaskan bahwa ia adalah salah satu dari saksi kejayaan Batavia tempo doeloe dan juga saksi dari perjalanan perkembangan Kota Jakarta hingga sekarang ini.




Pembangunannya juga satu kesatuan dengan gedung di sekelilingnya seperti Museum Fatahillah (dulunya merupakan gedung pemerintahan), Museum SENI Rupa (dulunya merupakan Gedung Pengadilan didirkan tahun 1871), Museum Wayang (dulunya merupakan gereja). Berbagai upaya pun telah ditempuh oleh PT.KA untuk menjaga cagar budaya ini, salah satunya dengan pelbagai renovasi yang dilakukan.

Sumber : http://sisaharch.blogspot.com/

MENELUSURI KOTA TUA BANTEN LAMA

Kota Tua Banten Lama adalah situs yang merupakan sisa kejayaan Kerajaan Islam Banten. Letaknya relatif tidak jauh dari kota Jakarta sehingga perjalanan dapat dilakukan sehari penuh tanpa perlu menginap. Kota Tua Banten Lama dapat ditempuh sekitar dua jam dari Jakarta. Keluar dari pintu tol Serang Timur, belok kanan, sekitar 11 km kemudian akan mencapai Banten Lama. Terdapat beberapa peninggalan bersejarah yang sangat terkenal diantaranya :


Museum Kepurbakalaan Banten Lama


Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama mempunyai luas tanah kurang lebih 10.000 m2 dan bangunan kurang lebih 778 m2. Dibangun dengan gaya arsitektur tradisional Jawa Barat seperti yang terlihat pada bentuk atapnya. Museum yang terletak antara Keraton Surosowan dan Masjid Agung Banten Lama ini menyimpan banyak benda-benda purbakala. Dilihat dari bentuk bangunannya Museum Situs Kepurbakalaan lebih mirip seperti sebuah rumah yang kemudian dialihfungsikan menjadi museum.

Dari sekian banyak benda-benda purbakala yang menjadi koleksinya, benda-benda tersebut dibagi menjadi 5 kelompok besar.

  1. Arkeologika, benda-benda yang digolongkan dalam kategori ini adalah arca, gerabah, atap, lesung batu, dll.
  2. Numismatika, koleksi bendanya berupa mata uang, baik mata uang lokal maupun mata uang asing yang dicetak oleh masyarakat Banten.
  3. Etnografika, benda-benda koleksinya berupa miniatur rumah adat suku Baduy dan berbagai macam senjata tradisional dan juga senjata peninggalan kolonial seperti tombak, keris, golok, meriam, pistol, dll.
  4. Keramologika, yaitu benda-benda koleksi berupa macam-macam keramik. Keramik yang tersimpan berasal dari berbagai tempat seperti Birma, Vietnam, China, Jepang, Timur Tengah dan Eropa. Tidak ketinggaln pula keramik lokal asal Banten yang biasanya lebih dikenal dengan sebutan gerabah dan biasanya gerabah ini digunakan sebagai alat-alat rumah tangga.
  5. Seni rupa, yang termasuk didalamnya adalah benda-benda seni seperti lukisan atau sketsa. Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama ini menyimpan banyak koleksi lukisan tetapi hampir keseluruhannya adalah lukisan hasil reproduksi.

Selain menyimpan benda-benda koleksi kepurbakalaannya di dalam ruangan, terdapat dua artefak yang disimpan di halaman Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama, yaitu artefak Meriam Ki Amuk dan juga alat penggilingan lada. Yang paling terkenal adalah Meriam Ki Amuk, meriam yang terbuat dari tembaga dengan panjang sekitar 2,5 meter ini merupakan hasil rampasan dari tentara Portugis yang berhasil dikalahkan. Konon Meriam Ki Amuk memiliki kembaran yaitu Meriam Ki Jagur yang saat ini tersimpan di halaman belakang Museum Fatahillah Jakarta. Sedangkan alat penggilingan lada yang terbuat dari batu padas yang sangat keras telah hancur menjadi beberapa bagian. Pada jaman dahulu Banten memang dikenal sebagai penghasil lada, itulah yang menyebabkan Belanda datang ke Banten, salah satunya ingin menguasai produksi lada.

Situs Keraton Surusoan


Keraton merupakan kumpulan bangunan tempat tinggal raja dan keluarganya. Keraton pada umumnya juga dijadikan pusat kerajaan dan merupakan pusat dari segala kegiatan politik, ekonomi, sosial, serta budaya. Para pejabat kerajaan, bangsawan dan keluarga raja biasanya juga tinggal di sekitar Istana (chaerosti, 1990 : 21). Selain itu, sesuai dengan pandangan kosmologis dan relegio-magis yang bersumber pada tradisi bangsa Indonesia, keratin merupakan pusat kekuatan gaib yang berpengaruh pada seluruh kehidupan masyarakat.

Keraton Surosowan mengalami beberapa kali penghancuran, kehancuran yang pertama kali terjadi pada tahun 1680. Kehancuran yang kedua dan ini yang terparah adalah tahun 1813, ketika Gubernur Jendral Belanda yang bernama Herman Daendels memerintahkan kehancuran Keraton.

Masjid Agung Banten


Masjid Agung Banten terletak di Kompleks bangunan masjid di Desa Banten Lama, Kecamatan Kasemen, sekitar 10 km sebelah utara Kota Serang. Masjid ini dibangun pertama kali oleh Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570), sultan pertama Kasultanan Demak. Ia adalah putra pertama Sunan Gunung Jati.

Salah satu kekhasan yang tampak dari masjid ini adalah adalah atap bangunan utama yang bertumpuk lima, mirip pagoda China. Ini adalah karya arsitektur China yang bernama Tjek Ban Tjut. Dua buah serambi yang dibangun kemudian menjadi pelengkap di sisi utara dan selatan bangunan utama.

Di serambi kiri masjid ini terdapat kompleks makam Sultan-sultan Banten dan keluarganya, yaitu Maulana Hasanuddin dengan permaisurinya, Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Abu Nashr Abdul Kahhar (Sultan Haji). Sementara di serambi kanan, terdapat makam Sultan Maulana Muhammad, Sultan Zainul Abidin, Sultan Abdul Fattah, Pangeran Aria, Sultan Mukhyi, Sultan Abdul Mufakhir, Sultan Zainul Arifin, Sultan Zainul Asikin, Sultan Syarifuddin, Ratu Salamah, Ratu Latifah, dan Ratu Masmudah.

Situs Istana Keraton Kaibon


Ditinjau dari namanya (Kaibon = Keibuan), istana ini dibangun untuk ibunda Sultan Syafiudin, Ratu Aisyah mengigat pada waktu itu, sebagai sultan ke 21 dari kerajaan Banten, Sultan Syaifusin masih sangat muda (masih berumur 5 tahun) untuk memegang tampuk pemerintahan.

Dalam sejarah, Istana Keraton Kaibon ini dihancurkan oleh pemerintah belanda pada tahun 1832, bersamaan dengan Istana Surosowan. Asal muasal penghancuran keraton, menurut pemandu wisata dari Museum Purbakala Banten Obay Sobari, adalah ketika Du Puy, utusan Gubernur Jenderal Daen Dels meminta kepada Sultan Syafiudin untuk meneruskan proyek pembangunan jalan dari Anyer sampai Panarukan, juga pelabuhan armada Belanda di Teluk Lada (di Labuhan). Namun, Syafiuddin dengan tegas menolak. Dia bahkan memancung kepala Du Puy dan menyerahkannya kembali kepada Daen Dels yang kemudian marah besar dan menghancurkan Keraton Kaibon.

Berbeda dengan kondisi Istana Surosowan yang boleh dibilang "rata" dengan tanah. Pada Istana Kaibon, masih tersisa gerbang dan pintu-pintu besar yang ada dalam kompleks istana. Pada Istana Kaibon, setidaknya pengunjung masih bisa melihat sebagin dari struktur bangunan yang masih tegak berdiri. Sebuah pintu berukuran besar yang dikenal dengan nama Pintu Paduraksa (khas bugis) dengan bagian atasnya yang tersambung, tampak masih bisa dilihat secara utuh. Deretan candi bentar khas banten yang merupakan gerbang bersayap juga masih bisa dinikmati di lokasi ini

Di bagian lain, sebuah ruangan persegi empat dengan bagian dasarnya yang lebih rendah atau menjorok ke dalam tanah, diduga merupakan kamar dari Ratu Aisyah. Ruang yang lebih rendah ini diduga digunakan sebagai pendingin ruangan dengan cara mengalirkan air di dalamnya dan pada bagian atas baru diberi balok kayu sebagai dasar dari lantai ruangan. Bekas penyangga papan masih terlihat jelas pada dinding ruangan ini.

Arsitektur Keraton Kaibon ini memang sungguh unik karena sekeliling keraton sesungguhnya adalah saluran air. Artinya bahwa keraton ini benar-benar dibangun seolah-olah di atas air. Semua jalan masuk dari depan maupun belakang ternyata memang benar-benar harus melalui jalan air.


Sumber :

file://keraton%20surusoan.htm
http://www.gracetravelingdiary.com/museum/125-museum-situs-kepurbakalaan-banten
http://farnaztravel.wordpress.com/2010/08/
http://travel.okezone.com/read/2011/02/18/408/426101/istana-kaibon-yang-penuh-sejarah

SEJARAH KOTA SUMBAWA


Pulau Sumbawa adalah salah satu pulau besar di Provinsi NTB yang telah dibentuk berdasarkan Undang-Undang nomor 1958.


Letak geografisnya adalah antara 116’ ; 42’ sam[ai 119 ; 05’ bujur Timur dan 80 ; 00 sampai 90 ; 71 Lintang Selatan, dibatasi di sebelah Utara oleh Laut Flores, di sebelah Selatan samudra Hindia / Indonesia, disebelah Barat oleh Selat Alas dan sebelah timur oleh selat Sape. Sebelum digabungkan dengan Pulau Lombok menjadi satu provinsi NTB, pulau Sumbawa merupakan salah satu bagian dari Provinsi Nusa Tenggara yang sebelum tahun 1950 bernama Provinsi Sunda Kecil, besama dengan pulau Bali, Lombok, Sumba, Flores dan Timor Kepulauannya.

Pulau – pulau yang tergabung dalam provinsi Nusa Tenggara tersebut kemudian dibentuk dengan Undang-undang yaitu lembaran Negara Hindia Belanda ( Stb. 143 tahun 1946 ) menjadi “Daerah” yaitu daerah Bali, Daerah Lombok, Daerah Sumbawa, Daerah Sumba, Daerah Flores, dan Daerah Timor dan Kepulauannya. “Daerah” tersebut memperoleh penyerahan kekuasaan / urusan – urusan dari Swapraja – Swapraja yang ada di dalam daerah Masing – masing. Sedangkan Pemerintahan Daerah terdiri dari kepala Daerah dan Dewan Raja – raja.

Hal ini dilaksanakan sebelum berlakunya Undang-Undang Negara Indonesia Timur Nomor 44 tahun 1950. Perjanjian penyerahan kekuasaan / urusan – urusan dari Swapraja – Swapraja kepada Daerah yang ditandatangani oleh Dewan Raja – Raja tersebut yang kemudian dikenal dengan nama daerah Statuta, merupakan dasar hukum dari pada Otonomi Daerah yang lazim dicantumkan dalam Undang-Undang Pembentukan Daerah.

Daerah Statuta Pulau Sumbawa dibentuk dengan Undang-Undang Federasi Pulau Sumbawa yang ditetapkan oleh Raja-Raja di Pulau Sumbawa pada tanggal 23 Agustus 1948. Kemudian dengan berlakunya UU NIT Nomor 44 Tahun 1950 (Stb. Nomor 44 tahun 1950) maka daerah tersebut diatas menjadi daerah menurut UU NIT Nomor 44 tahun 1950 yang selanjutnya sejauh mungkin disesuaikan dengan UU Nomor 22 tahun 1948 ( yang berlaku untuk bekas wilayah RI Yogyakarta serta Daerah –daerah lain yang tidak termasuk wilayah Indonesia Timur, akan tetapi mengenai otonominya ’daerah’ tetap lebih luas daripada Kabupaten di Jawa.

Menurut catatan resmi dari Kantor Gubernur Nusa Tenggara di Singaraja, keinginan rakyat mengenai pembagian daerah Nusa Tenggara menjadi Daerah Swatantra Tingkat I adalah sama dalam tuntutan maksimalnya, yaitu : semua keinginan agar masing- masing daerah pulau dijadikan Daerah Swatantra Tingkat I.

Alasan mereka pada dasarnya sama dan sederhana, yaitu agar daerahnya pesat maju dalam pembangunan, karena menurut pengalaman pada waktu itu daerah yang dekat dengan pusat / ibukota pemerintahan lebih pesat dalam hal pembangunan dari pada daerah yang jauh dari pusat / ibukota pemerintahannya.

Tetapi akhirnya DPR – RI memutuskan Nusa Tenggara menjadikannya 3 Daerah Swantantra Tingkat I, yaitu Bali berdiri sendiri, NTB terdiri dari pulau Lombok dan Pulau Sumbawa, dan NTT terdiri dari pulau Sumba, Pulau Flores, dan Pulau Timor dan Kepulauannya, sebagaimana termuat dalam UU nomor 64 tahun 1958.

Ditinjau dari segi sejarah, di pulau Sumbawa sejak 500 tahun yang lalu telah berjalan pemerintahan kerajaan yang berkesinambungan dari abad 14 sampai dengan abad 20 yaitu kerajaan Bima, Dompu, dan Sumbawa. Masing-masing kerajaan mempunyai kesatuan pemerintahan Adat dan perangkatnya dan wilayah kekuasaannya meliputi batas wilayah Kabupaten sekarang ini.

Dari tradisi tulis menulis tersimpan sampai sekarang di Bima dokumen naska-naskah lama yang tercatat kegiatan pemerintahan yang tertib dan demokratis, sejarah kebudayaan mulai jauh sebelum kedatangan agama Islam sampai dijalankan pemerintahan menurut Agama Islam dan adat setempat. Termasuk pula hubungan interaksi antar daerah dengan daerah-daerah lain seperti Makasar, Kalimantan, Jawa, Sumatera Dll.

Keandaan ini yang ditemukan oleh VOC ( Belanda ) waktu pertama kali datang ke Bagian Timur Indonesia tahun 1667 yang disambut dengan perlawanan dan pertempuran yang pada suatu saat mengakibatkan dibuatnya perjanjian politik dengan para Raja-raja di Pulau Sumbawa ( yang setelah beragama Islam disebut Sultan ) dengan pengakuan kedaulatan Raja atas Wilayahnya sendiri, berhak menjalankan pemerintahan dan hukumnya sendiri. Perjanjian / kontrak ini tetap berlaku dengan pembaharuan dan perubahan sampai dengan terakhir diperbaharui pada tanggal 13 Desember tahun 1938 ( kontract met Bima En Sumbawa ).

Pada saat – saat menghadapi VOC ketiga kerajaan di Pulau Sumbawa tetap bersatu dan bersama – sama menghadapi tantangan dan cobaan yang dilontarkan oleh pihak luar dan secara berkala mengadakakan hubungan kunjungan – kunjungan, musyawarah dan bahkan sejak beberapa abad menjalin hubungan keluarga kawin mengawin / antar keluarga raja maupun warga masyarakat.


Ketiga daerah Swapraja di Pulau Sumbawa adalah daerah yang disebut daerah zelfbestuur ( daerah berpemerintahan sendiri ) yang tidak langsung diperintah oleh Pemerintah Hindia Belanda di dalam istilah pemerintahan digolongkan yang dinamakan dengan indirect Bestuurs-Gebied yang tetap diperlakukan sampai dihapusnya status daerah Swapraja dengan UU Nomor 1 tahun 1957.

Kerajaan – kerajaan lain yang pernah ada di pulau Sumbawa adalah kerajaan Pekat dan Tambora, hilang / hapus setelah meletusnya Gunung Tambora pada tahun 1814 dan Kerajaan Sanggar digabungkan ke Kerajaan Bima pada tahun 1929, sebagai ganti daerah Manggarai di Flores yang dimasukkan ke wilayah Pulau Flores.

Sumber : http://sumbawanews.com/
SITUS SEJARAH YANG ADA DI SUMBAWA

SITUS SEJARAH YANG ADA DI SUMBAWA


1. MAKAM SAMPAR
Letaknya tidak jauh dari kota Sumbawa besar, sekitar 1 km arah timur Dalam loka.Dengan mendaki bukit setinggi 100 m dari Ai-Awak maupun Keban-Lapan kelurahan seketeng, Sumbawa Besar, kita akan langsung tiba di depan gerbang lokasi perkuburan Makam Sampar.Situs ini disebut Makam Sampar, karena terletak di atas sampar (daratan di atas bukit). 


Sengaja di tempatkan di atas bukit mengikuti tradisi para leluhur yang biasanya membuat Makam / perkuburan di atas bukit. Agak berbeda dengan makam-makam disekitarnya karena dimakam sampar ini merupakan kuburan para raja Sumbawa terdahulu bersama ahli kerabatnya.Meskipun lokasinya diatas bukit, namun tidaklah lebih tinggi dari makam-makam rakyat biasa di sekitarnya. Dan bahkan masih ada makam-makam  rakyat biasa yang berada lebih tinggi dari makam sampar itu sendiri. 

Makam Sampar dikelilingi oleh batu-batu yang disusun sedemkian rupa seperti tembok setinggi 1 m yang membatasinya dengan kuburan masyarakat biasa.Siapa nama-nama raja Sumbawa yang dikuburkan di makam sampar tidak dapat ditunjukkan  dengan pasti karena tidak ada tanda-tanda khusus yang dicantumkan pada tiap kuburan. Hal ini terjadi dengan alasan bahwa islam tidak memperkenankan pengkultusan terhadap kuburan.Sekarang ini disebelah timur Makam Sampar telah dibangun perumahan Bukit Permai, sehingga makin mudah kita mengunjungi Makam Sampar. Untuk mengunjungi kita dapat dipandu oleh juru Peliharanya Ahmad Yani yang tinggal di Keban Lapan Seketeng Sumbawa.

2. MAKAM KARONGKENG
Karongkeng adalah sebuah desa yang berjarak 6 km dari Empang ibu kota kecamatan Empang  (107 km dari Sumbawa Besar). 

Untuk mengunjungi makam karongkeng kita dapat menggunakan kendaran cidomo, sepeda motor ataupun mobil karena jalannya cukup baik. Melalui jalur jalan dari Empang, sebelum memasuki dusun karongkeng ada tanjakan sepanjang 50 m. pada akhir tanjakan sebelah kanan terlihat papan petunjuk makam Karongkeng. Memasuki areal makam terasa sejuk Karena berada di Lutuk kerimbunan daun pohon asem disekitarnya.

Untuk mendapatkan keterangan dan penjelasan lebih jauh, ada juru pelihara  yang tinggalnya tidak jauh dari makam didalam dusun karongkeng yang bernama Ipok (Fatimah) ibunya Adnansyah. Mereka adalah keturunan juru pelihara makam terdahulu. Dari profil makam terlihat bahwa jasad yang terkubur ditempat itu bukanlah orang sembarangan. Beliau adalah H. Abdul Karim(Haji kari) seorang penyiar / mubaliq islam. Beliau adalah tokoh yang memiki karamah, karena konon beliau pergi dan pulang ke mekkah tanpa melalui perjalanan yang biasa.Abdul Karim adalah anak dari keluarga biasa, namun Allah mentaqdirkanya dengan ilmu dan karamah sehingga beliau mengembangkan islam di Sumbawa bagian timur jauh sebelum raja Sumbawa masuk islam di tahun 1623. Sayangnya kita tidak dapat mengetahui secara pasti masa kehidupan Abdul Karim.

3. SITUS AI RENUNG
Situs ai renung adalah situs pertama yang ditemukan di Kabupaten Sumbawa.  Penemunya adalah Dinullah Rayes dari kabin kebudayaan kabupaten Sumbawa tahun 1971 bersama Drs. Made Purusa dari Balai Arkeologi Denpasar serta tenaga ahli dari pusat Arkeologi nasional yang melakukan penelitian pertama. 


Pada penelitian pertama ditemukan hanya tiga buah sarkopagus, lalu setelah dilakukan peneitian yang berkelanjutan, sampai saat ini sudah ditemukan tujuh buah sakopagus (kuburan batu).Disebut situ Ai renug Karena berada dikompleks persawahan Ai-renung dekat kampung Ai-Renung (waktu itu). Seluruh lokasi tersebut berada dalam wilayah desa Batu tering kecamatam Moyohulu.Setelah dilakukan pemugaran, situs Ai-renung sebenarnya sudah dapat di jadikan obyek wisata budaya. Tetapi tersebab tidak ditunjangnya dengan pembangunan jalan raya ke lokasi situs, maka obyek menjadi jarang dikujungi orang.Tetapi tidak jarang juga para mahasiswa dan peneliti asing datang ke Ai-renung, lebih-lebih mahasiswa arkeologi. Padahal lokasinya sangat memungkinkan untuk dukembangkan menjadi obyek wisata, baik wisata budaya, alam(wana-wisata), camping dan lain-lain.Untuk datang ke Ai-Renung yang berjarak 5 km dari Batu tering (30 km dari Sumbawa besar). Sebelum memasuki gerbang desa Batu Tering, ada simpang jalan ke kanan arah selatan. Dari itu jalan kaki sejauh 5 km yang ditempuh selama 1 sampai 1,5 jam. Bagi yang nekad boleh saja naik motor karena jalan menanjak dan berbatu-batu, namun kendaraan tidak boleh di bawa masuk ke lokasi situs Karena akan mengganggu kelestarian benda-cagar budaya.

4. SITUS LUTUK BATU PETI
Dinamakan lutuk batu peti Karena ada batu seperti peti (sarkopagus) yang terletak di atas sebelah ujung bukit. Ujung atas bukit tersebutlah yang disebut oleh masyarakat sebagai lutuk batu peti.Letaknya berada di sebelah barat laut dari dusun Kuang-Amo desa Sempe kecamatan Moyohulu. Jaraknya diperkirakan 6 km dari Kuang-Amo, karena ditempuh dua jam jalan kaki.


Menurut para ahli yang pernah datang melakukan penelitian kesitus tersebut, umur sarkopag diperkirakan sudah lebih dari 2500 tahun, sama dengan umur situd Tarakin.

5. SITUS TARAKIN
Letak situs Tarakin agak lebih jauh dari Lutuk Batu Peti dan tidak searah dari Kuang-Amo. Tarakin berada sebelah barat Kuang-Amo, dengan perjalanan 3 jam yang berjarak sekitar 9 km di atas gunung Tarakin.Untuk mengunjungi situs ini melewati obyek wisata Ai-Beling yang berartyi memiliki prospek kepariwisataan yang cukup baik. Namun kondisi jalan raya yang belum memadai maka obyek tersebut belum banyak dikenal orang.Penemuan situs Tarakin dan Lutuk Batu Peti bermula dari keusilan Aries Zulkarnain Penilik Kebudayaan kecamatan Sumbawa. Waktu itu ada kegiatan syuting sinetron sapugara disekitar Ai-Beling, banyak warga dusun Kuang-Amo yang datang menonton kegiatan syuting. 


Secara naluriah Aries Zulkarnain mewawancarai penduduk sampai dapat mengorek informasi keberadaan benda-benda peninggalan sejarah yang ada disekitar desa.Pada umumnya masyarakat Kuang-Amo tidak banyak yang tahu keberadaan sarkopag tersebut karena tempatnya yang jauh terpencil, tertutup dalam semak belungkar. Para pemburu dan penjelajah hutan saja yng tahu tempat benda cagar budaya (BCB) dimaksud. Setelah Aries Zulkarnain diangkat menjadi kepala Seksi kebudayaan Kbupaten Sumbawa tahun1993, dapat meminta Ibu Hayatun Nufus (Atun) pjs Penilik Kebudayaan kecamatan Moyohulu untuk melakukan survey ke lokasi dengan membuatkan foto-foto. Dari laporan inilah berturut-turut datang tim dari Bidang Peninggalan Sejarah dan kepurbakalaan (PSK) Kanwil Depdikbud Prop.NTB bersama Balar (Balai Arkeologi) Denpasar serta Pusat Arkeologi Nasional malakukan penelitian pada situs Tarakin dan Lutuk Batu Peti.Dari hasil penelitian itulah akhirnya masyarakat dapat memberikan appresiasi terhadap BCB yang ada di lingkungan mereka sendiri.

6. SITUS RABORAN.
Situs Raboran juga sarkopag, namun karena kurangnya pengetahuan dan pengertian masyarakat terhadap BCB membuatnya tidak terkenal. Letaknya tidak jauh dari desa Sebasang Kecamatan Moyo Hulu. Raboran dulunya adalah sebuah dusun terpencil di lereng gunung, terkenal sebagai pusat penggemblengan dan belajar ilmu kebal bagi balatentara Kerajaan Sumbawa (Bala Cucuk). 


Dusun Raboran terakhir dihuni oleh keluarga Sandro Acin (Guru ilmu kebal) yang tinggal disekitar situs Raborantempat mengajar, melatih, menggembleng dan menguji ilmu kebal seseorang anggota Bala Cucuk. Namun terhadap sarkopagus sebagai BCB, masyarakat belum memiliki pengetahuan sehingga tidak di appresiasi sama sekali.Setelah gencarnya penyuluhan Undang-Undang no 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya, barulah keberadaan situs Raboran dilaporkan oleh masyarakat akan keberadaannya. Tahun 1996 barulah diadakan surveypertama dan selanjutnya setelah diadakan penelitian seperlunya, di angkatlah seorang juru pelihara

7. SITUS TEMANG DONGAN
Pada mulanya situs Temang Dongan disebut Batu Babung, Batu Balo, Ai Paya, namun setelah dilakukan beberapa kali survey ternyata semua BCB yang ditemukan adalah sarkopag yang terletak menyebar pada puncak gunung Temang Dongan, sehingga para arkeolog daro Balai Arkeologi Denpasar menamakan situs tersebut sebagai situs Temang Dongan. Temang Dongan terletak kira-kira 4 km arah selatan Desa Pugkit Kecamatan Lape.



Untuk sampai ke obyek, sebaiknya mendaki gunung setinggi 150 meter itu melalui lereng selatan. Di puncak sebelah selatan itulah sarkopagus yang telah berusia ribuan tahun itu tergeletak di atas daratan. Pemandangan dari puncak Temang Dongan sungguh menarik karena menyajikan keindahan alam. Sayup-sayup sebelah barat kita dapat menyaksikan kilauan air waduk Batu Bulan.Untuk pengembangan obyek wisata masa depan, situs Temang Dongan memberikan prospek yang menjanjikan.

8. SITUS BATU TATA
Situs Batu Tata terletak dijalan batu Dulang- punik. Satu kilometer sebelum sampai ke punik sebelah kanan jalan, masuk melalui kebun kopi penduduk arah utara 200 m dari jalan raya tergeletak sebuah batu.Dari bentuknya, mungkin batu tersebut adalah menhir, atau tempat pemujaan arwah leluhur. 


Masyarakat menyebutnya batu tata karena ada tatahan benutk manusia ( manusia kangkang) pada salah satu sisinya. Tetapi sampai saat ditemukannyatidak seorang pun warga masyarakat yang mengkeramatkannya maupun mengappresiasinya sebagai BCB.

9. SITUS KALIMANGO
Di dalam buku “Sumbawa Masa Lalu” karya Lalu Manca disebutkan……….” Sebagai tandanya oleh kerajaan Goa diutus Busing Batu Pasak dan Ranga Batu Pasak dengan membawa batu yang sekarang terpancang di Sampar Ree (Gunung Batu Lante)…………”Setelah dilakukan survey semestinya di Sampar Ree lereng timur gunung Batu Lante belum ditemukan Batu Pasak yang dimaksud Lalu Manca, tetapi malahan ditemukan beberapa sarkopag yang berbeda dengan sarkopag-sarkopag lain yang pernah di temukan di Sumbawa.


Sampai sekarang ini belum pernah dilakukan penelitian intensif pada situs kalimango karena kesulitan transportasi. Namun sebetulnya kalimango dapat ditempuh melalui dua jalur. Salah satunya adalah lewat desa Mokong, karena memang letaknya di wilayah desa Mokong Kecamatan Moyo Hulu dengan jalan kaki 3 jam arah barat dari Mokong. Begitupula melalui Kecamatan Sumbawa melalui desa Kereke menuju arah selatan dapat ditempuh sekitar tiga jam juga jalan kaki.

10. SITUS BATU GONG
Letaknya dapat didatangi dengan kendaraan roda empat, melalui jalan usaha tani desa stowe brang Kecamatan Utan. 1 km dari simpangan sebelah barat jembatan Utan arah utara, dalam kebun penduduk tergeletak enam sebuah batu berbentuk gong. Menurut penduduk, sebelumnya batu gong tersebut berjumlah delapan, namun sekarang banyak dicuri orang. Obyek tersebut banyak dikunjungi oleh beberapa orang yang percaya akan kekeramatannya. Tetapi karena tidak ada juru pelihara ada beberapa yang sudah dicuri orang, atau mungkin dipindahkan orang, ditemukan kemudian di sekitar kuburan cina sebelah barat kota Utan ada sebuah batu ebrbentuk gong dan juga kemudian di pindahkan oleh orang bali (Hindu) yang tinggal di sekitar desa itu dijadikan tempat pemujaan.


Situs-situs tersebut adalah beberapa yang sudah ditemukan di daerah sumbawa besar, dan masih banyak lagi situs-situs bersejatah lainnya, berdasarkan cerita-cerita masyarakat Sumbawa. seperti misalnya, Batu Tulis di Tepal, dan beberapa situs sejarah yang terdapat di daerah Selatan lainnya. Situs-situs tersebut belum termasuk daerah KSB, Dompu dan Bima.

Sumber : http://www.jelajahsumbawa.com/2012/09/situs-situs-sejarah-di-sumbawa.html

WISATA KAYANGAN API DI BOJONEGORO


Api Khayangan yang terletak di kabupaten bojonegoro ini merupakan sumber api yang terbesar di Asia, setidaknya itu menurut tim geologi dari Inggris. Konon sumber api yang ada disini pada jaman dahulu kala digunakan oleh Kriyokusumo nama samaran dari Empu Supagati untuk membuat keris pusaka kerajaan majapahit - "Dapur Jangkung Luk Telu Blong Pok Gonjo". Hingga kini keris tersebut menjadi pusaka Kabupaten Bojonegoro.



Terlepas dari legenda tersebut, berkunjung ke objek wisata ini membutuhkan sedikit "perjuangan" jika anda salah memilih jalan. Bila anda datang dari arah kota Bojonegoro (sebelah timur), jalan menuju ke lokasi bisa dibilang sudah rusak cukup parah. Aspal yang ada bergelombang yang sama sekali tidak nyaman untuk berkendaraan diatasnya. Menggunakan kendaraan roda empat di jalan seperti ini bisa serasa di dalam perahu yang dimainkan ombak. Jika menggunakan kendaraan roda dua, boleh dibilang masih nyaman karena bisa memilih lapisan aspal yang masih bagus diantara sela-sela cekungan/gelombang. Saran saya sebaiknya anda datang dari arah barat, yakni sebelum kota cepu bila dari arah bojonegoro. Karena jalan yang ada jauh lebih baik dan memadai untuk dilewati.


Lokasi objek wisata Api Khayangan ini sendiri berada didalam hutan jati, jauh dari keramaian dan pemukiman penduduk. Untuk menuju kelokasi wisata ini tidak/belum ada sarana transportasi umum. Kebanyakan pengunjung yang datang adalah dengan menggunakan kendaraan pribadi, didominasi oleh kendaraan roda dua. Ketiadaan sarana angkutan umum mungkin juga menjadi alasan mengapa objek wisata ini jarang dikunjungi wisatawan. Hanya hari-hari besar atau acara-acara tertentu saja semacam pengambilan api PON, objek wisata ini padat dikunjungi wisatawan.
Sebuah gapura dengan ciri seni Majapahit, nampak berdiri kokoh sebagai gerbang masuk ke lokasi wisata ini. Tak jauh dari gapura tersebut dibagian dalam, tampak beberapa tiang berwarna merah berjajar rapi dengan sebuah dinding rendah berupa lingkaran batu berdiameter +/- 5 meter. Didalam lingkaran dinding batu terasa sekali ada gelombang hawa panas, sementara warna dan bentuk apinya sendiri terlihat samar-samar di bawah terjangan sinar matahari. Jika dilihat secara sepintas, seolah tidak ada api sama sekali di bagian tengah lingkaran tersebut. Namun kalau diperhatikan secara seksama akan nampak sekali lidah api berwarna kuning menyambar-nyambar keluar dari celah-celah batu yang ada dibawahnya. Dari informasi petugas jaga yang ada dilokasi ini menyatakan bahwa saat yang paling bagus melihat api tersebut adalah di sore atau malam hari.

Tak jauh dari sumber Api Khayangan, kurang lebih 80 meter ke arah timur laut anda akan menjumpai sebuah kolam air kecil berwarna abu-abu muda dengan gelembung udara yang timbul dari dasar kolam tersebut. Penduduk setempat menamakannya Kolam Blekuthuk (Jawa, blekuthuk = gelembung air yang mengeluarkan suara). Meskipun nampak seperti air mendidih, namun tidaklah panas suhu airnya. Hal ini dimungkinkan gelembung udara yang ada berasal dari sumber gas yang sama seperti ayang terdapat pada Api Khayangan. Penduduk setempat mempercayai bahwa air tersebut berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit kulit, rematik dan gigi.
Disamping Api Khayangan dan Air Blekuthuk, sebuah  bagian lain dari lokasi Api Khayangan ini dipercaya sebagai tempat tirakat Empu Supagati. Tempat itu berupa sebuah pohon beringin dengan gundukan batu bata berukuran 20cmx30cm yang ada dibawahnya. Batu bata tersebut ada kemiripan dengan batu sejenis peninggalan Kerajaan Majapahit yang banyak tersebar di situs Trowulan. Hal ini terlihat dari ukruan batu bata dan tanda boto kluwung atau goresan tiga jari yang membentuk pelangi. Konon ditempat ini Empu Supagati melakukan tirakat sambil membuat keris yang tersohor, Dapur Jangkung Luk Telu Blong Pok Gonjo yang kini menjadi pusaka kabupaten.

Secara umum, objek wisata ini telah dikelola dengan cukup baik. Bangunan-bangunan yang ada di lokasi beserta sarana permainan anak-anak tampak masih kokoh dan terawat cukup baik, tapi entah mengapa tidak banyak yang berkunjung ke objek wisata ini. Mungkinkah karena lokasinya yang cukup jauh dan terpencil di antara hutan jati ? Tentunya ini merupakan pe-er tersendiri bagi pemda setempat untuk lebih meramaikannya lagi dengan salah satu cara adalah mengadakan sarana transportasi umum menuju lokasi.

Sumber : http://www.navigasi.net/
MENGENAL SASANDO - ALAT MUSIK DARI NUSA TENGGARA TIMUR

MENGENAL SASANDO - ALAT MUSIK DARI NUSA TENGGARA TIMUR


Indonesia kaya akan berbagai kesenian daerah yang mengagumkan, termasuk di dalamnya adalah berbagai alat musik tradisional dengan kekhasan bunyiannya. Salah satu alat musik yang harus diperhatikan untuk tetap dipelihara adalah sebuah alat instrumen petik asal Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur yang bernama Sasando, yaitu alat musik yang ditemukan sejak abad 15.

Sasando adalah sebuah alat instrumen petik musik. Bentuk sasando mirip dengan instrumen petik lainnya seperti gitar, biola, dan kecapi. Tetapi keunikannya adalah bagian utama sasando berbentuk tabung panjang seperti harpa yang biasanya terbuat dari bambu. Sasando mempunyai media pemantul suara yang terbuat dari daun pohon gebang (sejenis pohon lontar yang banyak tumbuh di Pulau Timor dan Pulau Rote) yang dilekuk menjadi setengah melingkar.

Sasando berbentuk tabung panjang yang biasanya terbuat dari bambu. Lalu pada bagian tengah, melingkar dari atas ke bawah yang diberi ganjalan-ganjalan, di mana senar-senar (dawai-dawai) direntangkan di tabung dari atas ke bawah bertumpu. Ganjalan-ganjalan ini memberikan nada yang berbeda-beda pada setiap petikan senar. Lalu tabung sasando ini ditaruh dalam sebuah wadah yang terbuat dari semacam anyaman daun lontar yang dibuat seperti kipas. Wadah ini merupakan tempat resonansi sasando.

Bunyi sasando sangat unik jika dibandingkan dengan gitar, biasa sasando lebih bervariasi. Hal ini karena sasando memiliki 28 senar. Itulah sebabnya memainkan sasando tidaklah mudah karena seorang pemain sasando harus  mampu membuat ritme dan feeling bunyi nada yang tepat dari seluruh senar yang ada. Sasando dengan 28 senar ini dinamakan sasando engkel, sedangkan jenis sasando dobel memiliki 56 senar, bahkan ada yang 84 senar.

Cara memainkan sasando adalah dengan dipetik seperti memainkan gitar. Tetapi sasando tidak memiliki chord (kunci) dan senarnya harus dipetik dengan dua tangan, sehingga lebih mirip harpa. Sampai sekarang hampir semua bahan yang dipakai untuk membuat sasando adalah bahan asli, kecuali senarnya.

Pada kenyataannya, tidak banyak lagi orang yang mampu memainkan alat musik ini. Orang-orang tua yang selalu bangga memainkan sasando bagi anak-anak mereka atau dalam upacara-upacara adat, lengkap dengan topi TiiLangga, pakaian dan tarian adat, sudah banyak yang meninggal. Sementara itu generasi muda tak banyak yang tertarik untuk sekadar mengenal apalagi belajar memainkan.
TRADISI PASOLA DI SUMBA - NTT

TRADISI PASOLA DI SUMBA - NTT

Pasola adalah permainan perang-perangan antara dua kelompok yang menaiki kuda dan saling melempar lembing di sebuah padang rumput di  Pulau Sumba, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pasola berasal dari kata "sola" yang berarti tombak kayu, dan kemudian mendapat imbuhan "pa", sehingga artinya secara harafiah menjadi permainan ketangkasan menggunakan lembing.


pasola-kodi-albert-usada

Tradisi Pasola ini bermula dari legenda yang berkembang di Pulau Sumba. Menurut cerita, jaman dahulu di pulau ini ada seorang janda cantik yang bernama Rabu Kaba.

Wanita cantik ini sebelumnya adalah istri dari Umbu Dula, salah satu pemimpin warga Waiwuang, salah satu desa di Pulau Sumba. Suatu hari Umbu Dula pergi bersama saudara-saudaranya ke laut, namun mereka tak kunjung pulang. Setelah dicari dan tidak ditemukan, warga sepakat menganggap mereka telah tiada.

Setelah itu, Rabu Kaba yang telah menjadi janda kemudian menjalin kasih dengan Teda Gaiparona, pemuda dari Kampung Kodi. Namun hubungan mereka tidak disetujui oleh Desa Waiwuang. Mereka pun kawin lari ke Kampung Kodi.

Tak lama setelah Rabu Kaba pindah ke Kampung Kodi, Suami pertamanya yang dikira telah meninggal, Umbu Dula, ternyata masih hidup dan telah kembali ke Desa dan mendapati istrinya telah menikah lagi.

Umbu Dula kemudian mendatangi Teda Gaiparona bersama seluruh warga Waiwuang untuk meminta pertanggung jawabannya karena telah membawa lari istrinya.

Setelah berdebat, akhirnya disepakati bahwa Teda Gaiparona harus mengganti mas kawin yang telah diterima Rabu Kaba dari Umbu Dula. Setelah mas kawin dibayar, Teda Gaiparona berpesan kepada warga kedua kampung agar melaksanakan Pasola, tujuannya supaya tidak ada lagi dendam diantara kedua kampung tersebut.

Selain berdasar dari legenda rakyat tersebut, Pasola juga sebenarnya bagian dari ritual kepercayaan agama lokal masyarakat Sumba, Marapu. Ritual Pasola ini menurut kepercayaan Marapu dilakukan setelah pesta adat bau nyale, untuk memohon restu para dewa agar panen tahun tersebut berhasil dengan baik.

Dalam permainan perang-perangan ini, tak jarang ada yang terluka akibat terkena tombak sepanjang 1,5 meter. Namun, darah yang mengucur akibat bermain Pasola justru dianggap bermanfaat bagi kesuburan tanah dan kesuksesan panen. Selain nilai sakral dan tradisional, permainan adat Pasola ini juga merupakan elemen penyatu masyarakat Sumba.

Pasola diadakan di empat kampung di Kabupaten Sumba Barat, yaitu Kampung Kodi, Kampung Lamboya, Kampung Wanokaka, dan Kampung Gaura. Biasanya adat ini dilaksanakan setiap tahun antara bulan februari dan maret, bertepatan dengan upacara adat Nyale.

Sumber : http://travel.okezone.com/read/2011/12/16/408/543486/pasola-permainan-perang-sumba

BENTENG KRATON BUTON - IKON SULAWESI TENGGARA


Benteng Keraton Buton merupakan benteng terluas dan terunik di dunia. Terletak di kota Baubau Sulawesi Tenggara. Benteng ini mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) dan Guiness Book Record pada September 2006 sebagai benteng terluas di dunia yaitu 23,375 hektar. Keberadaan benteng tersebut dahulunya membawa pengaruh besar bagi keberadaan Kerajaan Islam Buton sehingga mampu bertahan selama kurang lebih 4 abad.





Benteng Keraton Buton yang aslinya disebut Keraton Wolio ini berbentuk huruf dhal dalam alpabet Arab yang diambil dari huruf terakhir nama Nabi Muhammad saw. Panjang keliling benteng tersebut 3 kilometer dengan tinggi rata-rata 4 meter dan lebar atau ketebalan 2 meter. Panjang keliling benteng adalah 2.740 meter yang mengintari perkampungan adat asli Buton dengan rumah-rumah tua yang tetap terpelihara hingga saat ini. Jadi di sini Anda juga dapat menikmati budaya masyarakatnya yang masih menerapkan adat istiadat asli dikemas dalam beragam tampilan seni budaya dan kerap ditampilkan pada upacara upacara adat.

Benteng Keraton Buton merupakan peninggalan Kesultanan Buton yang dibangun pada abad ke-16 oleh Sultan Buton III bernama La Sangaji yang bergelar Sultan Kaimuddin (1591-1596). Benteng ini awalnya hanya dibangun dalam bentuk tumpukan batu yang disusun mengelilingi komplek istana kemudian sekaligus sebagai pagar pembatas antara komplek istana dengan perkampungan masyarakat sekitarnya. Pada masa pemerintahan Sultan Buton IV yang bernama La Elangi atau Sultan Dayanu Ikhsanuddin, benteng tersebut dijadikan bangunan permanen. 


Benteng Keraton Buton ini memiliki bentuk arsitek yang cukup unik, terbuat dari batu kapur gunung. Benteng ini memiliki 12 pintu gerbang yang disebut Lawa dan 16 emplasemen meriam yang mereka sebut Baluara. Karena letaknya pada puncak bukit yang cukup tinggi dengan lereng yang cukup terjal memungkinkan tempat ini sebagai tempat pertahanan terbaik di zamannya. 

Benteng Keraton Buton di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, merupakan bangunan terunik di antara benteng yang ada di seluruh dunia. Konstruksi benteng setinggi 1,5 meter hingga 2 meter tersebut tersusun dari batu-batu gunung dengan menggunakan perekat berupa adonan kapur dicampur cairan putih telur. Di seluruh dunia, tidak ada benteng dengan konstruksi bangunan seperti itu. Pada umumnya, benteng dibangun menggunakan perekat berupa pasir dicampur semen. 

Di dalam benteng terdapat bangunan masjid  yang juga konstruksi bangunannya sama seperti bangunan benteng. Di depan masjid, terdapat tiang bendera yang tingginya 33 meter. Uniknya, tiang bendera yang sudah berusia kurang lebih 400 tahun dan tidak lapuk oleh hujan dan tidak lekang oleh teriknya matahari. Tiang bendera yang saat ini masih berdiri kokoh di depan Masjid Keraton Buton tersebut berbahan kayu yang berasal dari Patani, Thailand dan dibawa para saudagar yang menjadi mitra Sultan Buton. 

Keunikan lain dari Benteng Keraton Buton adalah pintu masuk benteng terdiri atas 12 pintu. Oleh masyarakat Buton, pintu sebanyak itu diidentikan dengan jumlah lubang dalam tubuh manusia yaitu dua lubang mata, dua lubang hidung, dua lubang telinga, satu lubang anus, satu lubang mulut, satu lubang kecing, satu saluran sperma, satu lubang pusat, dan satu lobang keringat atau pori-pori. Lubang keluarnya sperma pada tubuh manusia, dianalogikan dengan pintu rahasia kerajaan, yakni pintu tempat keluarnya keluarga kerajaan apabila ada bahaya yang mengancam kerajaan.

Menurut masyarakat Button atau masyarakat Sulawesi Tenggara, Benteng Kraton Buton ini adalah salah satu benteng yang terbesar di Dunia, dimana benteng ini mengelilingi satu perbukitan pulau Buton. Salah satu Benteng terbesar yang paling terkenal didunia yaitu benteng tebok besar China atau Gread Wall. Saat memasuki pintu utama kawasan ini di sebelah kiri pintu kita akan menjumpai sebuah prasasti yang bertuliskan silsila raja-raja Kerajaan Butun dan disebelah kanan bangunan, berdiri sebuah Mesjid Tua Buton yang sangat khas dan unik, dan terlihat pula Batu bertuah dan  Batu Kramat yang mempunyai kolam kecil yang konon kolam ini tidak pernah kering. Di area ini juga kita bisa melihat makam para raja-raja, Balai Pertemuan para raja-raja, Ruang pelantikan Raja, selain itu juga terdapat peninggalan sejarah kerajaan Buton seperti Meriam/ Basoka Tua. Pulau Buton berada dalam wilayah provinsi Sulawesi Tenggara.
WISATA BAHARI PANTAI ALAM INDAH - TEGAL

WISATA BAHARI PANTAI ALAM INDAH - TEGAL


Kabupaten Tegal memiliki beberapa tempat wisata bahari yang menarik dan cocok untuk dikunjungi dalama mengisi liburan bersama keluarga maupun kerabat. Wisata bahari yang terkenal di Tegal adalah Pantai Alam Indah (PAI) yang didirikan pada tahun 1971. Pantai ini tergolong lengkap dengan fasilitas untuk mengisi liburan oleh berbagai kalangan masyarakat, baik anak-anak, remaja, dewasa, maupun orang tua. Dari sejarah berdirinya, pada tahun 1971 bapak Herman P mempunyai ide untuk memanfaatan pantai Tegal yang pada saat itu tidak terawat dan kotor. Yang apabila dipelihara, ditata dan dirawat dengan baik akan menjadi pantai yang indah, yang berpotensi untuk tempat rekreasi warga Kotamadya Tegal dan sekitarnya. (sumber : tegalkota.go.id)

Pantai di Kota Tegal ini juga dilengkapi dengan sarana bermain anak dan terdapat bermacam bangunan seperti kapal-kapalan dan ada wisata permainan air atau kolam renang yah anggap saja sebagai Waterbom mini. Setiap sore banyak orang mengunjungi pantai tersebut untuk sekadar melihat sunset atau berjalan jalan, maklum saja masuk tempat wisata ini sangat murah, yaitu cukup dengan Rp1.500,00 kita sudah dapat menikmati indahnya pantai di kota ini. (sumber : travel.detik.com)

Di kawasan pantai ini terdapt juga bangunan-bangunan tua peninggalan angkatan laut yang dahulu dipakai sebagai tempat pelatihan opsir. Dan tidak hanya itu, di kawasan ini juga terdapat beberapa peninggalan Sekolah Angkatan Laut yang sekarang difungsikan sebagai asrama susteran. Ini bukti bahwa kabupaten tegal memili peran yang luar biasa dalam berdirinya Angkatan laut Indonesia.

Bangunan-bangunan tersebut dapat dikunjungi oleh pengunjung hanya dengan masuk ke kawasan Pantai Alam Indah, karena monumen-monumen dan peninggalan ini masih dalam satu pengelolaan dan satu tiket masuk dengan kawasan Pantai Alam Indah.

Biaya tiket untuk masuk ke lokasi Pantai Alam Indah tidaklah mahal, bahkan sangat murah untuk bandingan kepuasan wisata yang didapatkan. Harga tiket untuk anak-anak adalah Rp1.000,- dan untuk dewasa adalah Rp1.500,-. Dengan harga tiket masuk yang relatif sangant murah tersebut, diharapkan dapat membantu menarik pengunjung untuk mengunjungi wisata bahari kabupaten Tegal tersebut. (sumber : libuaran.info)

Berbagai fasilitas penginapan pun sudah sangat tersedia di sini. Bagi pengunjung yang ingin menikamati suasan matahari di sore hari, bisa menginap di penginapan yang tersedia di sepanjang kawasan pantai. Tempat wisata ini dekat dengan pusat Kota Tegal. Jadi masih bisa dijangkau dengan kendaraan. Lokasinya pun cukup strategis, karena melalui Jalan Pantura.

Anjungan Pantai merupakan fasilitas yang banyak diminati oleh pengunjung karena pengunjung dapat menikmati suasana di tengah laut dengan menyusuri anjungan tersebut. Bagi yang gemar memancing, di anjungan tersebut juga dapat dipakai untuk memancing.

Untuk tahap pengembangan, pengelolaan pantai ini akan terus berusaha menambah fasilitas yang dapat menarik pengunjung untuk datang dan menikmati keindahan Pantai Alam Indah kebanggan kota Tegal tersebut. (Sumber : http://www.potensijateng.com)